Irak dan Iran Sepakat Untuk Membangun Zona Perdagangan Bebas Di Sepanjang Perbatasan
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Baghdad - Presiden Irak Barham Salih telah mengumumkan bahwa negaranya telah sepakat untuk membentuk "zona perdagangan bebas" di sepanjang perbatasannya dengan Iran, setelah bertemu dengan mitranya dari Iran, Hassan Rouhani di Teheran.
Dalam konferensi pers bersama di ibukota Iran pada hari Jumat, Salih menyatakan bahwa hubungan antara dua negara tetangga adalah "prinsip tetap" yang "berakar pada sejarah bersama, iman dan geografi".
"Kami peduli tentang hubungan kami dengan Iran," kata Salih. Namun Salih tidak memberikan rincian lengkap tentang zona perdagangan bebas.
Tapi Rouhani, sebagaimana dikutip oleh televisi negara, mengatakan bahwa dia ingin meningkatkan perdagangan bilateral antara kedua negara dari $ 12 miliar saat ini menjadi $ 20 miliar di tahun mendatang. Rouhani juga mengatakan bahwa kedua pemimpin juga berbicara tentang pertukaran listrik dan gas, serta kerja sama pada produk minyak dan eksplorasi minyak.
Menurut laporan, kedua pemimpin juga telah membahas pembangunan rel kereta api sepanjang 35 km yang menghubungkan kedua negara.
Kunjungan dua hari Salih di Iran terjadi kurang dari dua minggu setelah Amerika Serikat memberlakukan kembali sanksi minyak yang telah dicabut di bawah kesepakatan nuklir 2015.
Irak telah memperoleh pengecualian dari AS untuk terus membeli kebutuhan energinya dari Iran.
AS dan Iran adalah dua sekutu terbesar Irak dan sanksi itu menempatkan Baghdad dalam posisi ekonomi dan politik yang sulit.
Iran, yang memiliki pengaruh besar atas Irak sejak invasi pimpinan AS 2003 yang menggulingkan Saddam Hussein, berharap untuk mempertahankan ekspor ke tetangganya meskipun ada sanksi baru dari AS.
Irak adalah pasar terbesar kedua di Iran setelah China, membeli segala sesuatu mulai dari makanan dan mesin hingga listrik dan gas alam. Al Jazeera