Iran izinkan pesawat pengebom Rusia gunakan pangkalan udara
Font: Ukuran: - +
kapal perang As di kawasan
DIALEKSIS.COM, Istambul - Pemerintah Iran memberikan izin kepada pesawat pengebom milik Pemerintah Rusia menggunakan pangkalan udaranya di Hamedan untuk mengisi bahan bakar, kata Editor dari Kantor Berita Tasnim yang merupakan Media ‘semi-official’ Pemerintah Iran.
Direktur Isu Pertahanan Kantor Berita Tanim Hossein Dalirian melalui akun twitternya seperti dilansir media aa.com.tr.id, mengatakan Pmerintah Iran telah menyetujui pesawat pengebom milik Rusia untuk menggunakan wilayah udara Iran dan mendarat di Pangkalan Udara Nojeh di Provinsi Hamedan untuk mengisi bahan bakar atas permintaan Moscow.
Hingga kini pihak Pemerintah Iran belum secara resmi menanggapi hal itu. Dalirian lewat akun Twitternya juga menyatakan permintaan Rusia itu disampaikan saat dilakukannya pertemuan rahasia utusan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani.
Pada 10 April lalu, utusan khusus Presiden Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentiev melakukan kunjungan dadakan ke Ibukota Iran, Tehran. Lavrentiev melakukan pertemuan tertutup dengan Shamkhani.
Siti Ruqayyah Hasyim, analis dan aktivis perdamaian Malaysia, menyatakan Amerika Serikat Donald Trump untuk menyerang Suriah sebagai upaya memperbanyak penjualan senjata di kawasan.
Siti Ruqayyah Hasyim dalam wawancara dengan media IRNA pada hari Kamis (12/4/2018), mengatakan, kita tidak sedang menghadapi seorang presiden dari Demokrat atau Republik di AS, namun kita sedang menghadapi industri penjualan senjata di negara ini, di mana mereka mengejar ketegangan di berbagai belahan dunia dengan bermacam-macam dalih untuk mencapai kepentingan ekonominya.
Analis dan aktivis sipil Malaysia itu menambahkan, Israel sebagai sekutu terbesar AS hingga sekarang telah beberapa kali menyerang Suriah. " AS untuk memulai sebuah perang lain terhadap Suriah tampaknya disebabkan kemenangan Suriah di Ghouta Timur," imbuhnya.
Siti Ruqayyah lebih lanjut menyinggung krisis yang diciptakan di Suriah dalam beberapa tahun terakhir. Ia melontarkan pertanyaan siapakah yang telah menyulut perang di Suriah dan mendukungnya serta berusaha untuk melanjutkannya?
"Senjata, peralatan perang dan dukungan finansial AS, NATO dan Israel yang telah menciptakan krisis ini," jelasnya.
Ia menuturkan, bagaimana AS memberikan hak kepada dirinya untuk menyerang negara lain, padahal menurut hukum internasional, tindakan tersebut adalah ilegal.
Aktivis Malaysia itu mengatakan, ancaman AS ini memunculkan banyak pertanyaan, termasuk, apakah klaim penggunaan senjata oleh pemerintah Suriah telah terbukti?
Saat ini, lanjut Siti Ruqayyah, banyak kelompok di Suriah yang memiliki banyak jenis senjata dan bisa saja salah satu dari kelompok ini melancarkan serangan kimia kemudian menuding pemerintah Damaskus yang telah melakukannya.
"AS dengan klaim yang belum terbukti, mengancam untuk menyerang Suriah. Tampaknya salah satu tujuan dari langkah ini adalah AS berniat untuk melancarkan perang proxy dengan Rusia di kawasan Timur Tengah," tuturnya.
Menurutnya, perang tersebut tidak hanya akan mengancam Suriah, namun juga mengancam stabilitas regional.
Ia menegaskan, catatan kinerja AS dan Israel menunjukkan bahwa keduanya selalu merusak proses perdamaian di kawasan.
Presiden AS Donald Trump bersama sekutunya termasuk Inggris dan Perancis pada Sabtu (14/04) menyerang Suriah dengan rudal-rudal pintar dan baru.
AS dan sejumlah negara sekutunya termasuk Inggris dan Perancis menuding Suriah melancarkan serangan kimia ke kota Douma. Tuduhan tersebut dilontarkan tanpa bukti dan didasarkan pada keterangan kelompok teroris Jaish al-Islam.
Media-media Barat dan Arab pendukung kelompok-kelompok teroris takfiri memulai perang urat saraf secara besar-besaran terhadap Suriah pasca tudingan tersebut. (*/onlinenews.)