Selasa, 15 Juli 2025
Beranda / Berita / Dunia / Jet Tempur Israel F-15 Alami Gangguan Saat Serang Iran, Hampir Mendarat Darurat di Negara Tetangga

Jet Tempur Israel F-15 Alami Gangguan Saat Serang Iran, Hampir Mendarat Darurat di Negara Tetangga

Senin, 14 Juli 2025 14:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Jet tempur F-15 milik Angkatan Udara Israel. Foto: APF/Jack Guez


DIALEKSIS.COM | Internasional - Sebuah jet tempur F - 15 milik Angkatan Udara Israel dilaporkan mengalami gangguan teknis saat menjalankan misi pengeboman ke wilayah Iran pada Juni lalu, yang memicu pecahnya konflik bersenjata selama 12 hari.

Media Israel, Channel 12, melaporkan pada Sabtu (12/7) bahwa kerusakan terjadi pada tangki bahan bakar jet tempur tersebut, memaksa pilot melakukan manuver penyelamatan dan nyaris mendarat darurat.

Insiden bermula ketika pilot menyadari adanya malfungsi setelah pesawat memasuki jauh ke dalam wilayah udara Iran. Sang pilot segera mengirim peringatan kepada personel lainnya untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk.

Ketiadaan pesawat tanker udara (airborne refueling) yang mendampingi membuat situasi semakin genting. Sebuah rencana darurat pun disusun. Satu unit pesawat pengisi bahan bakar segera diterbangkan untuk menyusul jet tempur yang sedang bermasalah.

Tak hanya itu, militer Israel juga menyiapkan skenario cadangan, jika pesawat tanker gagal mencapai lokasi tepat waktu. Dalam skenario ini, jet tempur disiapkan untuk menyeberang ke wilayah negara tetangga dan melakukan pendaratan darurat, guna menghindari risiko pendaratan di wilayah Iran yang bisa memicu eskalasi lebih besar.

Namun, laporan tersebut tidak menyebutkan secara spesifik negara mana yang telah disiapkan sebagai lokasi pendaratan darurat.

Beruntung, pesawat tanker berhasil tiba tepat waktu dan menyuplai bahan bakar di udara. Misi pun dapat dilanjutkan tanpa perlu mendarat darurat atau membatalkan operasi.

Serangan udara ini merupakan bagian dari operasi militer mendadak yang diluncurkan Israel terhadap Iran pada 13 Juni lalu. Iran merespons keras serangan itu dengan meluncurkan ratusan rudal balasan ke wilayah Israel. Konflik bersenjata tersebut berlangsung hampir dua pekan dan menjadi salah satu eskalasi terburuk dalam ketegangan antara kedua negara dalam beberapa tahun terakhir.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengklaim bahwa serangan itu bertujuan untuk melemahkan kemampuan senjata nuklir dan rudal balistik Iran. Israel bersama negara-negara Barat selama ini menuding program nuklir Iran sebagai kedok untuk pengembangan senjata pemusnah massal.

Namun, Teheran berkali-kali menegaskan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, termasuk kebutuhan energi dan medis.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI