Jumlah Pemeluk Islam di Jepang Melonjak, Simak Ulasan Dosen FISIP UIN Ar Raniry
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Mumtazinur, M.A. Dosen FISIP UIN Ar Raniry. Foto: doc Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Aceh - Pemeluk agama Islam di Jepang terus mengalami pertumbuhan signifikan dalam dua dekade terakhir. Hal ini tercermin dari lonjakan jumlah masjid yang kini mencapai tujuh kali lipat dibandingkan 20 tahun lalu. Berdasarkan penelitian Hirofumi Tanada, Profesor Emeritus Sosiologi dari Universitas Waseda di Tokyo, jumlah masjid di Jepang melonjak dari hanya 15 pada tahun 1999 menjadi 113 pada Maret 2021.
Tak hanya masjid, jumlah umat Muslim di Negeri Sakura juga meningkat. Diperkirakan kini ada sekitar 47 ribu Muslim, termasuk warga negara Jepang yang memeluk Islam dan mereka yang memperoleh status penduduk tetap melalui pernikahan atau alasan lainnya. Fenomena ini mencerminkan perubahan besar dalam lanskap sosial dan budaya di Jepang.
Faktor-Faktor di Balik Pertumbuhan
Mumtazinur, M.A., dosen ilmu politik sekaligus pengajar Politik Global dan Politik Asia Tenggara FISIP UIN Ar Raniry , memberikan analisisnya terkait tren ini. Ia menyebut bahwa ada sejumlah faktor yang berperan dalam peningkatan jumlah pemeluk Islam di Jepang.
"Salah satu faktor yang signifikan adalah meningkatnya pernikahan antar etnis antara warga Jepang dan Muslim. Selain itu, banyak Muslim yang kini tinggal, bekerja, atau belajar di Jepang," ujar Mumtazinur kepada Dialeksis.com, Selasa (28/01).
Ia juga menyoroti pengaruh isu-isu global seperti Palestina yang mendapat simpati dari masyarakat Jepang.
"Isu pembebasan Palestina, misalnya, menjadi perhatian warga Jepang yang peduli pada keadilan global," tambahnya.
Mumtazinur lanjut menjelaskan, kehadiran wisatawan Muslim juga turut mendorong perubahan. Semakin banyak turis Muslim yang datang ke Jepang meningkatkan kebutuhan fasilitas ramah Muslim, seperti makanan halal dan tempat ibadah. Hal ini memperkenalkan elemen budaya Islam kepada masyarakat Jepang.
Peran media sosial pun tidak kalah penting. "Media sosial menjadi medium yang efektif dalam menyebarkan ide-ide Islam dan gaya hidup Muslim. Kehadiran influencer Muslim memperluas jangkauan dakwah, termasuk ke Jepang," tutur Mumtazinur.
Dampak Interaksi Sosial
Interaksi langsung antara komunitas Muslim dan warga Jepang menjadi faktor kunci lain. Menurut Mumtazinur, banyak Muslim yang menetap di Jepang karena pekerjaan atau pendidikan. "Interaksi yang intens ini memungkinkan warga Jepang memahami kehidupan sehari-hari umat Islam. Secara tidak langsung, ini menjadi dakwah yang menyentuh cara pandang masyarakat Jepang," jelasnya.
Ia juga menyoroti peran pernikahan lintas budaya. "Pernikahan antar etnis yang melibatkan warga Jepang berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan populasi Muslim di Jepang," katanya.
“Fenomena ini menunjukkan dinamika baru dalam keragaman sosial Jepang, sekaligus menjadi cerminan hubungan yang semakin erat antara komunitas Muslim dan masyarakat setempat,” pungkasnya.
- Rektor UIN Ar Raniry: Keberadaan Rumah Ibadah jadi Pusat Spiritualitas
- Di Balik Kebijakan PPN 2025: Menimbang Manfaat dan Risiko
- Bank Aceh Terima Penghargaan dari UIN Ar-Raniry atas Dukungan Peningkatan Mutu Pendidikan
- Isi Kuliah Umum di Kampus Jabal Ghafur, Nasrul Zaman: Mahasiswa Harus Peduli Politik