DIALEKSIS.COM | Jenewa - Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer melonjak ke tingkat tertinggi dalam sejarah manusia pada tahun lalu. Peningkatan ini memicu percepatan perubahan iklim global dan memperburuk cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia.
Dalam laporan tahunan tentang gas rumah kaca yang dirilis menjelang Konferensi Iklim PBB 2025, WMO menyebutkan laju pertumbuhan CO2 saat ini telah mencapai tiga kali lipat dibandingkan era 1960-an. Konsentrasi CO2 global naik hingga 3,5 bagian per juta (ppm) dari tahun 2023 ke 2024 -- peningkatan tahunan tertinggi sejak pengukuran dimulai pada 1957.
Penyebab dan Dampak Kenaikan CO2
Lonjakan emisi disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, kebakaran hutan, serta berkurangnya kemampuan hutan dan lautan menyerap CO2. Wakil Sekjen WMO, Ko Barrett, menegaskan bahwa gas rumah kaca seperti CO2 "mempercepat iklim" dan mendorong cuaca ekstrem yang makin sering terjadi.
Yang lebih mengkhawatirkan, sistem alami seperti hutan hujan Amazon dan lautan mulai kehilangan kapasitas menyerap karbon. Beberapa wilayah Amazon bahkan sudah mulai melepaskan CO2 alih-alih menyerapnya akibat kekeringan ekstrem.
Oksana Tarasova dari WMO menyebutkan ada kemungkinan dunia mulai memasuki fase "titik kritis", di mana hutan-hutan besar seperti Amazon dapat mati dan melepaskan karbon dalam jumlah besar, memperparah krisis iklim.
Desakan Aksi Nyata untuk Kurangi Emisi
WMO mendesak pemerintah dan pembuat kebijakan global untuk mengambil tindakan nyata dalam mengurangi emisi karbon. Meskipun beberapa wilayah mulai beralih ke energi bersih, peningkatan eksplorasi bahan bakar fosil masih terus berlangsung.
Sementara itu, data NOAA hingga pertengahan 2025 menunjukkan kadar CO2 tetap meningkat, meskipun sedikit lebih lambat dibanding lonjakan ekstrem pada 2023-2024. [AP]