Kebakaran Hebat di Los Angeles: Bukti Nyata Dampak Perubahan Iklim
Font: Ukuran: - +
Kebakaran hutan hebat di Los Angeles, AS, memakan korban jiwa. Foto: Getty Images via AFP/APU GOMES
Baca artikel CNN Indonesia "Kebakaran Hebat di Los Angeles, 2 Orang Tewas & 1.000 Bangunan Hancur" selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20250109034338-134-1185225/kebakaran-hebat-di-los-angeles-2-orang-tewas-1000-bangunan-hancur.
Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Dunia dikejutkan oleh kebakaran besar yang melanda Los Angeles (LA), kota urban terbesar kedua di Amerika Serikat, pada 8 Januari 2025 lalu. Kebakaran yang bermula dari nyala api di kawasan perbukitan dengan cepat menyebar ke sejumlah permukiman, menyebabkan kehancuran yang meluas.
Menurut laporan Los Angeles Times, kebakaran tersebut menghanguskan sekitar 15.000 bangunan di distrik Palisades, Eaton, Altadena, dan Malibu. Total kerugian diperkirakan mencapai US$250 miliar atau setara Rp4.042 triliun.
“Ini bisa menjadi bencana kebakaran hutan paling merugikan dalam sejarah Amerika,” ujar Daniel Swain, ilmuwan iklim dari UCLA, dalam siaran langsungnya pada 8 Januari. “Bahkan kebakaran Palisades saja sudah merupakan bencana besar.”
Kebakaran hebat ini memunculkan tanda tanya besar, terutama karena terjadi di musim dingin, saat percikan api jarang muncul di kawasan pegunungan. Namun, penelitian menunjukkan perubahan iklim telah memicu serangkaian kondisi yang mendukung kebakaran ekstrem di wilayah tersebut.
Mengutip Science News, peningkatan suhu dan penurunan curah hujan memperpanjang durasi musim kebakaran. Bahkan di beberapa bagian California, musim kebakaran kini dianggap berlangsung sepanjang tahun.
Faktor lain yang berkontribusi adalah angin Santa Ana, angin kering yang bertiup dari pedalaman menuju pantai California pada musim gugur dan musim dingin. Saat melewati pegunungan, angin ini mengalami kompresi akibat tekanan atmosfer yang meningkat, sehingga menjadi lebih panas dan kering. Kondisi ini menurunkan kelembapan udara, menciptakan lingkungan yang sangat mudah terbakar.
Kecepatan angin Santa Ana yang mencapai hingga 161 kilometer per jam memperburuk situasi dengan mengipasi api dan menyebarkan bara ke area yang lebih luas.
Selain angin, vegetasi yang mengering akibat pola cuaca ekstrem juga menjadi penyebab utama kebakaran. Curah hujan tinggi tahun lalu menyebabkan tumbuhnya rumput dan tumbuhan dalam jumlah besar. Namun, awal musim dingin yang sangat kering membuat vegetasi tersebut berubah menjadi bahan bakar kebakaran.
“Tahun lalu sangat basah di California Selatan, sehingga memicu kelebihan bahan bakar. Namun sejak September, wilayah ini mengalami awal musim dingin terkering dan terpanas yang pernah tercatat,” jelas Swain.
Swain menegaskan bahwa perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia telah memperburuk kondisi yang mendukung kebakaran hutan di California.
“Kondisi lebih kering kini semakin sering terjadi di iklim yang memanas. Meski tahun-tahun terbasah akan menjadi lebih basah, kita juga menghadapi musim panas yang jauh lebih panas dan musim dingin yang semakin kering,” tambahnya.
Polarisasi antara cuaca yang sangat basah dan sangat kering ini, menurut Swain, merupakan faktor utama meningkatnya risiko kebakaran di California Selatan.
“Perubahan ini menegaskan betapa mendesaknya langkah-langkah global untuk mengatasi perubahan iklim,” tutupnya.
- Tekan Laju Perubahan Iklim, Indonesia - Inggris Kolaborasi Kelola Kawasan Konservasi Laut
- Ambil Keuntungan dari Bencana Kebakaran, Jaksa Agung California Imbau Masyarakat Waspada Penipuan
- Kebakaran Terparah di Los Angeles, Hampir 180 Ribu Warga Mengungsi
- Banjir Bandang di Aceh: Perubahan Iklim dan Rekomendasi Mitigasi Berkelanjutan Berbasis Blue Ocean Strategy System