kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Kematian Akibat Polusi, Indonesia Juara 4 Dunia

Kematian Akibat Polusi, Indonesia Juara 4 Dunia

Senin, 11 Januari 2021 18:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi. [IST]

DIALEKSIS.COM - Polusi udara kini menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan umat manusia. Berdasarkan riset Global Alliance On Health And Pollution (GAHP), polusi udara menyumbang 40% kematian dunia dengan angka kematian 3,4 juta pada 2017.

Berdasarkan riset tersebut, Indonesia menjadi negara keempat penyumbang kematian terbesar akibat polusi. Di Tanah Air, ada 232.974 kematian akibat polusi pada 2017. Dari jumlah itu, 123.700 orang meninggal akibat polusi udara. Berikut 10 negara dengan kematian terbanyak akibat polusi.

1. India

Kematian akibat polusi : 2,3 juta setahun

India telah menyaksikan peningkatan polusi industri dan kendaraan dari pertumbuhan perkotaan, yang diperparah oleh sanitasi buruk. Menurut laporan World Air Quality Report, sebanyak 21 kota di India masuk dalam daftar 30 kota paling tercemar di dunia pada 2019.

Di Ibu kota India, Delhi, Anda akan menemukan suasana kota yang semrawut dengan polusi udara akibat asap kendaraan begitu tebal. Kualitas udara di Delhi sudah masuk kategori parah, dan menurut perusahaan energi Eco Experts, Delhi sebagai kota terburuk kedua (di belakang Kairo) lantaran memiliki polusi ganda yakni polusi udara, suara dan cahaya.

2. China

Kematian akibat polusi : 1,9 juta setahun

China memang sudah dikenal dengan asap-asap beracunnya yang selalu menyelimuti kota. Kota-kota berpenduduk padat di sana memiliki index polusi udara tinggi dan mematikan. Bahkan polusi udara di negeri panda menyumbang angka kematian tertinggi kelima. Menurut Business Insider, emisi pembangkit listrik tenaga batu bara menewaskan 300.000 orang per tahun. Pemerintah China kini mulai beralih ke tenaga nuklir untuk mengurangi polusi yang menyebar saat ini.

3. Nigeria

Kematian akibat polusi : 279.318 setahun 

Nigeria adalah salah satu negara di Afrika dan dunia yang memiliki kualitas udara buruk. Pemandangan di banyak kota-kota di Nigeria dipenuhi dengan kabut, sampah dan air tercemar. Menurut WHO, setidaknya ada 4 kota di Nigeria yang memiliki tingkat polusi mengkhawatirkan. Salah satunya Onitsha, yakni sebuah kota pelabuhan di Nigeria selatan yang tercatat 30 kali lebih buruk dari tingkat yang direkomendasikan WHO PM10 (mengukur konsentrasi partikulat kecil).

Bank Dunia melaporkan bahwa 94% dari populasi di Nigeria terkena tingkat polusi udara yang melebihi pedoman WHO (dibandingkan dengan 72% rata-rata di Sub-Sahara Afrika pada umumnya) dan kerusakan polusi udara biaya sekitar 1% pos Pendapatan Nasional bruto.

4.Indonesia

Kematian akibat polusi : 232.974 setahun

Beberapa kota di Indonesia masuk dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia yang dirilis LSM bernama IQAir. Bahkan, 5 kota di Indonesia menjadi kota dengan kualitas udara paling buruk di Asia Tenggara. Dalam daftar negara paling berpolusi (PM2.5) di dunia pada 2019, Indonesia menduduki ranking 6 dengan rata-rata PM2,5 sebesar 51,7.

Sebanyak 5 kota di Indonesia mengisi lima besar kota dengan udara terkotor di Asia Tenggara. Tangerang Selatan menjadi kota dengan kualitas udara paling buruk di Asia Tenggara. Rata-rata PM2.5 di Tangerang Selatan pada 2019 sebesar 81,3 ?g/m3. Tangerang Selatan menempati posisi 24 daftar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

5. Pakistan

Kematian akibat polusi : 223.836 setahun

Menurut sebuah laporan, Pakistan menjadi negara dengan lingkungan hidup terburuk di dunia, dengan

lebih dari 310.000 kematian per tahun akibat polusi . Peshawar, Rawalpindi dan Karachi adalah tiga kota di Pakistan yang punya index polusi paling tinggi.

Lingkungan hidup di tiga kota tersebut pun di bawah kualitas standar dengan berbagai pabrik berdiri di sana. Hal ini pada akhirnya memaksa pemerintah setempat memaksa perusahaan industri untuk memasang filter pembersih udara. Hingga saat ini Pakistan masih berupaya membenahi lingkungan hidup warganya yang tak pernah jauh dari polusi industri dan kendaraan. (SINDOnews)

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda