Kematian di China Disebabkan Pola Makan Daging Berlebihan
Font: Ukuran: - +
Foto: Ist
DIALEKSIS.COM | Dunia - Polusi udara dan pergeseran pola makan yang lebih banyak mengkonsumsi daging menyebabkan 75.000 kematian dini per tahun di China . Data ini terungkap dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature Food, yang meneliti dampak perubahan pola makan di China dari 1980-2010 terhadap peningkatan emisi amonia pertanian (NH3) dari pupuk dan kotoran ternak. Penelitian ini dilakukan University of Exeter dan Joint Centre for Environmental Sustainability and Resilience (ENSURE), Chinese University of Hong Kong’s.
Penelitian ini adalah yang pertama mengukur dampak perubahan pola makan di China yang menyebabkan perubahan praktik pertanian dengan penggunaan zat kimia berlebihan.
Para peneliti menganalisis perubahan pola produksi dan konsumsi makanan di China dan menemukan bahwa produksi daging selama periode 1980-2010 meningkat 433% dari 15 menjadi 80 megaton. Peningkatan ini terkait dengan meningkatnya populasi dan perubahan pola makan dengan mengonsumsi daging secara berlebihan.
Pada periode waktu yang sama, emisi amonia pertanian (NH3) ditemukan hampir dua kali lipat. Para peneliti memperkirakan 63% kenaikan emisi amonia akibat perubahan pola makan daging berlebihan. Berdasarkan hal ini, para peneliti memperkirakan 5% dari 1,83 juta kematian orang di China pada tahun 2010 terkait dengan polusi udara.
Profesor Xiaoyu Yan dari Universitas Exeter menerangkan, jika pola makan orang China mengurangi konsumsi daging, itu akan mengurangi emisi amonia pertanian dan mengurangi efek berbahaya dari polusi udara. Mengembalikan pola makan yang benar, bukan hanya baik bagi kesehatan, juga memperbaiki kualitas udara.
Diperkirakan bahwa jika rata-rata pola makan daging orang China diubah sesuai rekomendasi Pedoman Diet China 2016, maka emisi amonia berkurang 2,1Tg (teragram) dan menghindari 74.805 kasus kematian. “Pilihan makanan di China perlu diubah untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan di dalam negeri dan di seluruh dunia,” kata Xiaoyu Yan dikutip SINDOnews dari laman exeter.ac.uk, Minggu (23/1/2022).
Para peneliti juga menemukan ada perbedaan besar antara golongan masyarakat kaya dan warga yang lebih miskin. Pola makan daging yang berlebihan lebih banyak memberikan dampak buruk kesehatan bagi masyarakat kaya, sedangkan polusi udara akibat produksi ternak berlebihan banyak dialami warga miskin.
Dampak polusi udara dialami oleh warga yang hidup dengan pendapatan lebih rendah di daerah pertanian utama seperti Hebei dan Henan. “Ketidaksetaraan ini menunjukkan dimensi etika konsumsi daging yang patut mendapat perhatian ketika mengembangkan kebijakan publik,” kata Profesor Yan [sindonews.com].