Ketegangan di Laut Arab Meningkat: Iran Menangkap Kapal Tanker Minyak AS di Dekat Selat Hormuz
Font: Ukuran: - +
Iran menangkap kapal tanker minyak AS di Selat Hormuz. Foto: Hasan Shirvani/Mizan News Agency via AP
DIALEKSIS.COM | Dunia - Situasi di Laut Arab semakin memanas dengan penangkapan sebuah kapal tanker minyak oleh Iran, dekat Selat Hormuz. Kapal ini diduga membawa minyak mentah yang disetujui oleh Amerika Serikat (AS).
Dilaporkan bahwa Angkatan Laut Iran menangkap kapal tanker tersebut sebagai pembalasan atas apa yang mereka sebut sebagai "pencurian" minyak oleh AS dari kapal yang sama tahun lalu. Kantor berita resmi IRNA mengabarkan bahwa penyitaan tersebut dilakukan sesuai perintah pengadilan.
Pada saat yang hampir bersamaan, Badan Keamanan Maritim Angkatan Laut Inggris (UKMTO) melaporkan bahwa orang-orang bersenjata telah menaiki kapal St Nikolas, milik Yunani, di lepas pantai Oman.
Kapal tersebut kemudian mengubah arah menuju Bandar-e Jask di Iran. UKMTO mencatat bahwa penumpang tidak resmi dengan seragam hitam bergaya militer dan masker hitam terlibat dalam insiden ini.
Ambrey, sebuah perusahaan risiko maritim Inggris, juga melaporkan bahwa sekelompok orang menaiki kapal St Nikolas dan menutupi kamera kapal. Perusahaan manajemen kapal tanker Empire Navigation dari Yunani melaporkan bahwa komunikasi dengan kapal tersebut telah terputus. Kapal membawa 145.000 ton minyak mentah dari Basra, Irak, dengan rencana menuju Aliaga di Turki melalui Terusan Suez.
Menteri Luar Negeri AS Vedant Patel mengutuk penyitaan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan yang melanggar hukum. Washington menuntut Iran segera melepaskan kapal dan awaknya, sementara Iran mempertahankan tindakan mereka sebagai pembalasan terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh AS sebelumnya.
Penangkapan ini menjadi bagian dari spiral ketegangan antara kedua negara, dengan AS memberlakukan sanksi ekonomi yang parah terhadap Iran sejak 2018. Kepresidenan Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir penting pada tahun tersebut, dengan fokus pada pembatasan penjualan minyak dan petrokimia Iran.
Pentingnya Selat Hormuz sebagai jalur utama industri minyak menjadi sorotan dalam konflik ini. Selat tersebut, tempat sekitar seperlima produksi minyak global mengalir setiap harinya, menjadi target serangan dan pembajakan selama bertahun-tahun. Kini, dengan ketegangan yang semakin meningkat, pengiriman barang di wilayah tersebut berada dalam kondisi siaga tinggi.
Tak hanya itu, potensi dampak konflik ini terasa global. Harga minyak berpotensi melonjak hingga 100%, menurut kepala penelitian minyak Goldman Sachs, Daan Struyven. Gangguan di Selat Hormuz dapat memberikan dampak signifikan pada pasokan minyak dunia, memicu kenaikan harga yang dapat mencapai dua kali lipat jika ketegangan berlanjut.
Sementara dunia berusaha menangani ketegangan di Laut Arab, perhatian juga terbagi dengan konflik di Gaza, di mana solidaritas Iran terhadap pemberontak Huthi Yaman terus berlangsung. Perkembangan ini menambah lapisan kompleksitas dalam dinamika geopolitik regional yang semakin rumit.