Kim Jong Yang Dari Korea Selatan Terpilih Jadi Kepala Interpol
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Dubai - Kim Jong Yang dari Korea Selatan akhirnya hari ini terpilih menjadi kepala badan polisi internasional, Interpol.
Ia akan mengisi sisa masa jabatan bos Interpol sebelumnya, Meng Hongwei dari China, yang lengser dari kursi kepemimpinan setelah ditahan oleh otoritas Tiongkok atas tuduhan korupsi saat masih menjabat sebagai Wakil Menteri Keamanan Publik China periode 2004-2018.
Meng terpilih pada 2016 untuk masa jabatan empat tahun hingga 2020. Itu berarti, sisa kurang dua tahun masa jabatannya sebagai presiden Interpol akan diisi oleh Kim Jong Yang.
Dengan terpilihnya Kim maka ambisi Rusia untuk memimpin badan polisi internasional, Interpol, pupus setelah para delegasi pemungutan suara lebih memilih pria dari Kepolisian Korea Selatan itu.
Kim, yang mendapat dukungan besar dari Amerika Serikat, resmi terpilih pada sesi ke-87 Majelis Umum Interpol di Dubai pada Rabu 21 November 2018. Majelis itu mengumpulkan sekitar 1.000 pejabat penegak hukum senior dari seluruh dunia, demikian seperti dikutip dari CNN, Rabu (21/11).
Alexander Prokopchuk, mantan pejabat Kementerian Dalam Negeri Rusia awalnya diharapkan terpilih sebagai presiden, tetapi kritikus menentang pencalonannya dengan menuduh bahwa Moskow telah (dan hendak) menggunakan Interpol untuk menargetkan dan mengejar musuh politik Kremlin.
Sebelum pemilihan, pada 19 November, kelompok bipartisan Senator AS merilis sebuah surat yang mengatakan bahwa pemilihan Prokopchuk akan "mirip dengan menempatkan rubah di dalam kandang ayam."
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga menyuarakan dukungannya terhadap pejabat Kepolisian Korea Selatan itu.
Bos Interpol memiliki peran sebagai pemimpin Majelis Umum Interpol dan Sesi Komisi Eksekutif Interpol --berbeda dengan jabatan Sekretaris Jenderal yang berperan menjalankan tugas sehari-hari organisasi kooperasi lembaga penegakan hukum antara negara tersebut.
Meski tampak sebagai figur simbolik, namun, jabatan Presiden Interpol tetap dinilai berpengaruh dalam ranah jejaring lembaga penegakan hukum antar negara.
"Jabatan itu juga berperan untuk membentuk komite kerja lembaga dan memiliki pengaruh pada kebijakan," kata Louis Shelley, seorang analis kejahatan transnasional dan direktur Pusat Terorisme, Kejahatan Transnasional dan Korupsi di George Mason University, mengatakan kepada CNN menjelang pemilihan Kim.
Oleh karenanya, jika figur Rusia pro-Kremlin yang justru terpilih, ia akan "sepenuhnya mempolitisasi organisasi," mengubahnya menjadi "alat politik dari pemerintah yang otoriter," tambah Shelley.
Pencalonan Prokopchuk juga mengundang kecaman dari pihak oposisi Rusia. Pemimpin oposisi Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny mengatakan lewat tweet awal pekan ini bahwa para pendukungnya telah "menderita atas penyalahgunaan kekuasaan Interpol yang mempersekusi musuh politik Rusia." CNN | AP