Kuburan Demonstran Cantik, Dibongkar Junta Myanmar
Font: Ukuran: - +
Ma Kyal Sin alias Angel, 19, demonstran antikudeta militer Myanmar yang tewas saat demo Rabu lalu. Foto/Instagram
DIALEKSIS.COM | Myanmar - Pihak berwenang junta Myanmar , dengan kawalan polisi dan tentara, membongkar kuburan Ma Kyal Sin alias Angel, 19, sang demonstran perempuan yang tewas ditembak kepalanya oleh polisi. Demonstran cantik antikudeta militer ini telah jadi ikon gerakan protes setelah dibunuh ketika mengenakan kaus bertuliskan “Everything will be OK [Semuanya akan baik-baik saja]”.
Saksi mata dan media lokal melaporkan kuburan Angel di Mandalay didatangi pihak berwenang pada Jumat. Jasadnya diangkat, diperiksa, dan dikembalikan lagi. Makamnya lantas disegel kembali.
Layanan berita independen Mizzima melaporkan hal yang sama.
Baca juga : Kapolda Aceh Minta Dukungan Ulama
Seorang juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar. Reuters, pada Sabtu (6/3/2021), tidak dapat menghubungi polisi untuk dimintai komentar.
Media pemerintah kemarin mempertanyakan laporan bahwa pengunjuk rasa pemberani itu telah dibunuh oleh pasukan keamanan ketika mereka melepaskan tembakan untuk membubarkan demonstrasi pada hari Rabu dan mengatakan penyebab kematian sedang diselidiki oleh "badan hukum".
Sebuah gambar yang diberikan kepada Reuters oleh seorang warga yang mengunjungi kuburan hari ini menunjukkan semen yang telah mongering, sarung tangan karet, sepatu bot dan gaun bedah dibuang dalam satu blok dengan kondisi berlumuran darah.
Seorang saksi mata yang tinggal di dekat kuburan mengatakan, dia melihat kuburan dibuka menggunakan alat-alat listrik pada Jumat malam oleh tim beranggotakan setidaknya 30 orang. Tim itu datang dengan membawa empat mobil dan dua truk polisi serta dua truk tentara untuk pengamanan.
Baca juga : Dinilai Telah Merusak Tatanan Partai, SBY Menyesal Pernah Beri Jabatan ke Moeldoko
“Mereka mengeluarkan peti mati dan mengeluarkan tubuhnya dan meletakkannya di bangku. Mereka bahkan memasang batu bata di bawah kepala,” kata saksi yang menolak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.
“Mereka yang tampaknya adalah dokter yang mengenakan penutup pelindung melakukan sesuatu pada tubuh, saya pikir mereka menyentuh kepala. Mereka mengambil sebagian kecil dari tubuh dan menunjukkannya satu sama lain, ” katanya.
Reuters tidak dapat secara independen mengonfirmasi laporan tentang apa yang terjadi.
Dua orang lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa mereka diperingatkan oleh penduduk setempat untuk tidak memasuki pemakaman pada hari Jumat karena polisi dan militer berada di dalam menggali tubuh Kyal Sin.
Reuters tidak dapat menghubungi keluarga Kyal Sin. Foto-foto tubuhnya pada hari Rabu menunjukkan luka di kepala yang berdarah.
Surat kabar Global New Light Of Myanmar yang dikelola pemerintah junta mengatakan kemarin bahwa para ahli telah menganalisis foto tersebut dan menyimpulkan bahwa cedera itu tidak sesuai dengan yang disebabkan oleh senjata antihuru-hara.
Baca juga : PNA Usulkan Sayuti Abubakar Cawagub Aceh, Relawan Irwandi Center Bireuen Beri Dukungan Penuh
"Jika luka akibat senjata antihuru-hara atau peluru tajam, tidak mungkin kepala mendiang dalam kondisi baik," katanya.
"Badan hukum masing-masing sedang menyelidiki penyebab kematiannya dan lebih banyak informasi akan diumumkan pada waktu yang tepat."
Kyal Sin termasuk di antara sedikitnya 38 orang yang tewas pada Rabu, hari paling berdarah sejauh ini dalam upaya pasukan keamanan untuk menghentikan protes terhadap kudeta 1 Februari yang telah memicu demonstrasi harian selama lebih dari sebulan.
Militer mengatakan pihaknya telah menahan diri dalam penggunaan kekuatan, tetapi tidak akan membiarkan protes mengancam stabilitas.
Militer menambahkan pihaknya menggulingkan dan menahan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi setelah komisi pemilu menolak tuduhan kecurangan dalam pemilu November 2020, di mana partainya Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) menang telak.
Para pengunjuk rasa menolak janji tentara untuk menggelar pemilu baru dan menuntut pembebasan Suu Kyi dan tahanan lainnya [sindonews.com].