Senin, 09 Juni 2025
Beranda / Berita / Dunia / Larangan Mahasiswa Asing Masuk Harvard, Reza Idria: Trump Cemari Nilai Pendidikan Global

Larangan Mahasiswa Asing Masuk Harvard, Reza Idria: Trump Cemari Nilai Pendidikan Global

Minggu, 08 Juni 2025 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Reza Idria, MA, Ph.D, alumni Harvard asal Aceh - Indonesia, sekaligus dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Foto: for Dialeksis




DIALEKSIS.COM | Aceh - Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, kembali menuai sorotan dunia setelah menandatangani perintah eksekutif yang melarang penerbitan visa internasional bagi mahasiswa baru yang diterima di Universitas Harvard. Langkah ini dianggap sebagai babak baru dalam ketegangan antara Trump dan institusi - institusi pendidikan tinggi bergengsi seperti Harvard, yang dikenal menjunjung tinggi prinsip keberagaman dan kebebasan akademik.

Larangan tersebut sontak memicu reaksi dari berbagai kalangan, termasuk dari Reza Idria, MA, Ph.D, alumni Harvard asal Aceh - Indonesia yang kini aktif sebagai akademisi dan peneliti di Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh. 

“Sebagai alumni, saya kecewa dengan kebijakan Donald Trump melarang mahasiswa asing kuliah di Harvard,” ujar Reza Idria saat dimintai tanggapan dari Dialeksis (Minggu, 08/06/2025). Menurutnya, kebijakan ini adalah pukulan telak terhadap nilai-nilai fundamental pendidikan tinggi, khususnya pendidikan global yang selama ini menjadi fondasi Universitas Harvard.

Reza menegaskan bahwa tanpa keberadaan mahasiswa internasional, Harvard tidak akan menjadi institusi besar seperti sekarang. “Hal tersebut diakui oleh seluruh civitas akademika di sana. Harvard dibangun atas asas inklusivitas dan keberagaman, dan telah lama menjadi rumah bagi para pemikir serta mahasiswa dari seluruh dunia,” katanya.

Ia menilai, kebijakan Trump bukan hanya merugikan institusi, tapi juga mencederai prinsip pertukaran ide dan kemajuan intelektual yang hanya bisa tumbuh di ruang akademik yang bebas dan terbuka. 

"Melarang mahasiswa internasional masuk ke Harvard bukan hanya tindakan diskriminatif, tapi juga pembatasan terhadap ekosistem pengetahuan global."

Lebih jauh, Reza menilai larangan itu merupakan bentuk intervensi politik terhadap otonomi kampus. “Harvard adalah simbol kebebasan berpikir dan keberanian intelektual. Dengan melarang mahasiswa asing hanya karena alasan yang belum dibuktikan secara faktual, Trump telah mengambil langkah yang lebih bernuansa politis daripada substansial,” tegasnya.

Menurutnya, dampak langsung dari larangan itu sangat nyata. Ribuan mahasiswa asing yang telah diterima di Harvard kini menghadapi ketidakpastian, bahkan dalam sejumlah kasus dilaporkan membatalkan rencana studi mereka.

Untuk itu, Reza menyatakan dukungannya atas langkah-langkah hukum yang diambil pihak universitas dalam melawan kebijakan tersebut. 

“Saya percaya Harvard harus terus berdiri di garis depan dalam mempertahankan nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan keterbukaan terhadap dunia. Dunia kampus tidak bisa dan tidak boleh diintervensi oleh kepentingan politik populis,” tandasnya.

Ia mengingatkan, Harvard telah berkontribusi besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dunia selama ratusan tahun. 

“Trump hanyalah fenomena politik yang bersifat sementara. Sedangkan Harvard adalah institusi yang telah bertahan dan berkembang lintas zaman,” ujarnya mengakhiri.

Reza Idria menutup pernyataannya bahwa kebijakan Trump berdampak serius terhadap citra dan masa depan pendidikan tinggi global. "Kini, dunia menanti bagaimana Mahkamah di AS akan menyikapi kebijakan Trump, dan apakah prinsip-prinsip pendidikan yang terbuka dan inklusif tetap akan menjadi benteng terakhir di tengah arus politik yang terus berubah," tutup pria humble ini.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI