Beranda / Berita / Dunia / Mantan Pilot Australia: Pencarian MH370 Disembunyikan, Upaya Baru Tertunda

Mantan Pilot Australia: Pencarian MH370 Disembunyikan, Upaya Baru Tertunda

Jum`at, 14 Februari 2025 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Ilustrasi pencarian pesawat MH370. Foto: net


DIALEKSIS.COM | Sydney - Byron Bailey, mantan pilot jet tempur Australia dan Emirates, menuding pemerintah Malaysia berupaya mengaburkan fakta terkait hilangnya Malaysia Airlines Penerbangan 370 (MH370) yang kini telah hampir 11 tahun menjadi misteri. Dalam wawancara dengan Sky News, Bailey mengungkapkan bahwa pemerintah Malaysia tidak menunjukkan keseriusan untuk melanjutkan pencarian pesawat yang membawa 239 penumpang, termasuk sejumlah warga negara Indonesia (WNI).

"Ini tidak bisa terus dibiarkan. Ini adalah misteri terbesar dalam dunia penerbangan. Pesawat itu harus ditemukan," tegas Bailey, mantan pilot Angkatan Udara Kerajaan Australia (RAAF).

Pada Desember lalu, Kementerian Transportasi Malaysia mengumumkan telah menyetujui prinsip pencarian berbasis “no find, no fee” dengan perusahaan robotika kelautan Ocean Infinity. 

Menteri Transportasi Anthony Loke menjelaskan bahwa pencarian akan dilakukan selama 18 bulan di area seluas 15.000 km², dengan imbalan hingga USD 70 juta jika pesawat berhasil ditemukan. Namun, meskipun perjanjian hukum dijadwalkan rampung pada awal 2025, kontrak tersebut belum juga terealisasi dua bulan setelah pengumuman itu.

Ocean Infinity mengarahkan pertanyaan kepada pernyataan CEO Oliver Plunkett, yang menyatakan bahwa perusahaan akan memberikan informasi lebih lanjut setelah rincian kontrak terselesaikan. 

Sementara itu, pihak Kementerian Transportasi Malaysia mengatakan bahwa pengacara mereka masih mempelajari perjanjian tersebut sehingga belum ada kepastian.

Penundaan pencarian ini semakin memperpanjang penderitaan keluarga korban yang selama lebih dari satu dekade masih menunggu kejelasan nasib orang tercinta mereka. MH370, yang menghilang pada 8 Maret 2014 sesaat setelah lepas landas dari Kuala Lumpur menuju Beijing, pernah menjadi objek pencarian terbesar dan termahal dalam sejarah penerbangan, dengan area pencarian mencapai 120.000 km² di dasar laut.

Namun, Bailey menuduh pencarian sebelumnya didasarkan pada asumsi yang keliru. Ia menolak teori bahwa kecelakaan adalah penyebab jatuhnya pesawat dan justru mengaitkan bukti yang ada dengan dugaan “pembunuhan-bunuh diri” oleh kapten pesawat.

Menurutnya, penundaan pencarian baru ini sengaja dilakukan untuk menghindari pengungkapan fakta yang bisa mempermalukan Australia dan membuat Malaysia rentan terhadap tuntutan hukum besar dari keluarga korban.

"Jika MH370 ditemukan di Samudra Hindia bagian selatan, implikasi hukum bagi Malaysia akan sangat besar," ujarnya.

Biro Keselamatan Transportasi Australia (ATSB) belum menanggapi secara langsung tuduhan Bailey. Mereka merujuk pada pernyataan sebelumnya yang menegaskan bahwa ATSB tidak mengajukan klaim mengenai penyebab hilangnya pesawat, meskipun bukti terbaik menunjukkan pesawat tidak berada di bawah kendali pilot saat kecelakaan.

Kementerian Transportasi Malaysia pun belum memberikan komentar atas tuduhan tersebut. Sementara itu, laporan resmi tahun 2018 tidak menyimpulkan penyebab pasti hilangnya MH370. Meski demikian, Bailey optimistis bahwa pencarian baru oleh Ocean Infinity akan membuahkan hasil.

"Kali ini, pesawat itu akan ditemukan. Tidak ada jalan lain," tegasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI