Sabtu, 10 Mei 2025
Beranda / Berita / Dunia / Manuskrip Aceh Pamerkan Keagungan Peradaban Islam di Pameran Internasional Malaysia

Manuskrip Aceh Pamerkan Keagungan Peradaban Islam di Pameran Internasional Malaysia

Sabtu, 10 Mei 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Pemerhati sejarah dan budaya Aceh, Tarmizi A Hamid alias Cek Midi. Foto: ist.


DIALEKSIS.COM | Kuala Lumpur - Sejumlah naskah kuno peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam menjadi sorotan dalam pameran bertajuk "Kejayaan Peradaban Islam Dunia Melayu dan Dunia Islam" yang digelar oleh Islamic Arts Museum Malaysia (IAMM) sepanjang Mei hingga Juni 2025. Pameran ini menampilkan khazanah intelektual dan budaya Islam, dengan manuskrip Aceh seperti Tajus Salatin sebagai pusat perhatian.

Tarmizi A Hamid, kolektor manuskrip Aceh yang akrab disapa Cek Midi, menyatakan kebanggaannya atas partisipasi Aceh dalam ajang bergengsi ini. “Alhamdulillah, warisan intelektual dan budaya Aceh kembali menorehkan kebanggaan di panggung internasional,” ujarnya melalui sambungan telepon dari Banda Aceh. 

Ia menekankan bahwa posisi naskah Aceh di pintu masuk galeri pameran mencerminkan kejayaan peradaban nenek moyang Aceh yang diakui dunia.

Salah satu koleksi utama yang dipamerkan adalah Tajus Salatin (Mahkota Para Raja), kitab klasik abad ke - 17 yang ditulis oleh Bukhari al - Jauhari pada 1603. Naskah ini disebut sebagai "ensiklopedia tata negara" dalam tradisi Islam - Melayu, merangkum pemikiran politik, etika kepemimpinan, dan struktur pemerintahan Islam di masa keemasan Aceh. Kitab ini dipersembahkan untuk Sultan Alauddin Riayat Syah (1589 - 1604), penguasa yang dikenal mendalami ilmu tasawuf.

“Tajus Salatin tidak hanya menjadi pedoman bagi raja, tetapi juga cerminan visi masyarakat adil dan makmur berdasarkan ajaran Islam,” jelas Cek Midi. Karya ini dinilai unik karena kelengkapan pembahasan politiknya, mengalahkan kitab sezaman seperti Bustanus Salatin karya Nuruddin al-Raniri yang hanya menyentuh topik serupa dalam empat bab.

Bukhari al-Jauhari, sang penulis, disebut - sebut sebagai jenius sastra yang karyanya dikagumi oleh orientalis seperti Valentijn dan Roorda van Eysinga. Mereka memuji keindahan bahasa Melayunya yang dianggap "terbaik untuk dipelajari". Meski hanya menghasilkan satu karya seumur hidup, Tajus Salatin menjadi warisan abadi yang terinspirasi dari naskah Persia, menggabungkan kearifan lokal Aceh dengan universalitas Islam.

Pameran ini tidak hanya menyajikan keindahan estetika naskah kuno, tetapi juga mengingatkan dunia akan peran Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Keikutsertaan manuskrip Aceh di IAMM menjadi bukti bahwa warisan intelektual masa lalu tetap relevan untuk memacu semangat literasi dan kebudayaan di masa kini.

Tajus Salatin dan naskah Aceh lainnya dapat disaksikan di Islamic Arts Museum Malaysia hingga 30 Juni 2025, sebagai bagian dari upaya global melestarikan sejarah keemasan Islam.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
diskes
hardiknas