Sabtu, 07 Juni 2025
Beranda / Berita / Dunia / Masjid Giok Baitul Al A’la, Ikon Dunia dari Nagan Raya

Masjid Giok Baitul Al A’la, Ikon Dunia dari Nagan Raya

Kamis, 05 Juni 2025 08:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

DIALEKSIS.COM | Nagan Raya - DIALEKSIS. COM | Siapapun yang pernah berkunjung ke Mesjid Al A’la, Nagan Raya pastilah terpesona dengan mesjid yang dilapisi batu giok jenis Nephrit yang diambil dari gunung Singgah Mata. 

“Mesjid ini akan jadi ikon dunia karena hanya ada satu di dunia, dan itu ada di Nagan Raya, Aceh,” kata TR Keumangan, Bupati Nagan Raya, Rabu (4/6/2025). 

Nama mesjid yang terletak di komplek perkantoran Nagan Raya ini diambil dari nama surah Al’la (Yang Paling Tinggi). Nama ayat ini diambil dari ayat pertama, yang artinya: Sucikanlah Tuhanmu yang Mahatinggi (al a’la). 

Surah ini salah satunya mengandung pujian kepada orang yang mensucikan diri (dengan beriman). Siapa orang beriman itu? Dalam ayat ke-15 disebut yang mengingat nama Tuhannya, lalu dia shalat (ayat ke-15). 

Tahun 2015, pengambilan giok untuk lantai mesjid ini mulai dilakukan, dari lokasi hutan Beutong, yang juga menjadi bagian dari gunung Singgahmata, gunung yang menghubungkan Nagan Raya dan Aceh Tengah. Lantai dari giok dilakukan mulai 2017 yang pemasangan perdananya dilakukan oleh Bupati Nagan Raya saat itu, Teuku Zulkarnaen yang akrab disapa Ampon Bang. 

Gunung yang menjadi bagian dari Ekosistem Leuser ini memiliki ketinggian 2.800 meter di atas permukaan laut. Siapapun yang dapat mencapai puncaknya akan disuguhkan dengan pesona alam yang memikat mata. 

Namun untuk bisa mencapai diketinggian yang memanjakan mata, tidaklah mudah. Jarak yang harus ditempuh untuk mencapai kaki gunung yang berada di Kecamatan Beutong saja lebih kurang sekitar 44 kilometer, lebih kurang satu jam setengah jam perjalanan.

Membangun mesjid berlapis lantai giok juga tidak mudah. Bukan hanya soal anggaran, tapi juga pelaksanaannya, khususnya terkait pengadaan bahan batu giok yang diambil dari alam. 

Giok adalah sebutan umum untuk batu yang berwarna hijau. Batu giok biasanya lebih diketahui berasal dari China, yang sudah ada sejak Dinasti Ming. 

Seiring waktu, batu giok juga ada di Burma, Amerika Serikat, Myanmar, Selandia Baru, Guatemala, Jepang dan beberapa tempat lain seperti Kazakhstan, Rusia, British Colombia, Kanada, Italia dan Turkestan. Variasi warna hijau pada batu giok di beberapa tempat di dunia beragam, sesuai dengan mineral penyusunnya yang berbeda-beda, termasuk yang ada di Nagan Raya. 

Batuan metamorf di Gunung Singgah Mata memliki kadar Nephrit dan Jadiete yang tinggi, sehingga menimbulkan komposisi warna hijau yang menyejukkan mata dan dipercaya dapat memancarkan suasana nan sejuk. 

Nephrit adalah mineral yang termasuk kedalam kelompok mineral Amphibole atau sering disebut kelompok mineral Tremolite, dengan rumus kimia Ca(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2 dan merupakan salah satu mineral penyusun batu giok selain Jadiet. Nephrit sedikit lebih kuat dibanding Jadeit dalam hal ketahanan/kekerasan, dan permukaannya sedikit lebih halus. Jadi, sangat tepat jika dipasang menjadi lantai mesjid. 

Batu giok tidak hanya terpasang diseluruh lantai satu dan dua masjid, tapi juga di bagian tiang masjid yang berjumlah 22 pilar.

Lantai satu dengan luas mencapai 3.000 meter persegi menghabiskan giok sebanyak 3.196 meter persegi. Sedangkan di lantai dua yang luasnya mencapai 2.000 meter persegi, membutuhkan batu giok sebanyak 2.060 meter persegi.

Masjid Agung Baitul A'la yang berlokasi di Desa Lueng Baro, Suka Makmur, Nagan Raya, Aceh, kini dalam tahap penyelesaian. Masjid ini dijadwalkan dibuka untuk umum pada Juni 2022.

Masjid Agung Nagan Raya yang memadukan konsep arsitektur khas Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Aceh berdiri di atas lahan seluas 3 hektare mampu menampung jamaah 5.000 orang. Selain itu juga terdapat lahan parkir yang mampu menampung 50 kendaraan roda empat di basement.

Pesona mesjid giok Nagan Raya kini sudah semakin memancar. Berbagai liputan tentang mesjid giok tidak hanya dilakukan oleh media lokal,’tapi juga oleh media nasional. 

Daya tarik mesjid giok tidak hanya merayu kedatangan warga, tapi juga ikut disambangi oleh pejabat provinsi. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah juga pernah melakukan kunjungan, 2021. 

Bupati Nagan Raya menaruh harapan agar “Masjid Giok” tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah semata, melainkan dapat menjadi pusat kebudayaan Islam di Aceh, khusunya Kabupaten Nagan Raya.

“Masjid Giok berpotensi menjadi pusat kebudayaan Islam, bukan hanya sebagai tempat shalat. Pusat kebudayaan itu termasuk pusat pendidikan, ada museum Al Quran,” ujar TR Keumangan saat menerima singgahan Mualem di Nagan Raya.[]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI