Moldova Menuju Uni Eropa, Pemilu dan Referendum Jadi Penentu
Font: Ukuran: - +
Bendera Moldova. Foto: AP/Andreea Alexandru
DIALEKSIS.COM | Dunia - Moldova kini berada di ambang sejarah baru dalam perjalanan untuk bergabung dengan Uni Eropa (UE), setelah menggelar referendum dan pemilihan umum serentak pada Minggu (20/10/2024). Berdasarkan laporan Reuters, hasil sementara menunjukkan bahwa mayoritas tipis, yakni 50,17 persen, memilih "ya" untuk integrasi dengan UE. Namun, hasil ini belum bisa dikatakan final karena masih ada sekitar 1,5 persen suara yang belum dihitung.
Analis politik, Valeriu Pasha, menilai kemenangan tipis ini diperoleh berkat partisipasi tinggi diaspora Moldova yang tinggal di luar negeri. Kelompok ini dikenal sebagai pendukung kuat integrasi Moldova ke dalam Uni Eropa.
"Dengan pemilu yang dapat dipengaruhi oleh kepentingan luar, di mana perbedaan puluhan poin persentase bisa dibeli, sangat sulit bagi kita untuk melangkah maju. Namun, kita harus belajar melawan fenomena ini," ungkap Pasha.
Di sisi lain, pemilihan presiden tidak menunjukkan hasil yang sama. Presiden petahana Maia Sandu, yang menjadi motor pendorong integrasi Moldova ke UE, hanya berhasil meraih 42 persen suara. Sementara itu, pesaing utamanya, mantan jaksa agung Alexandr Stoianoglo, memperoleh 26 persen suara. Hasil ini memaksa pemilihan presiden memasuki putaran kedua yang dijadwalkan pada 3 November mendatang.
Sandu menuduh adanya campur tangan asing dalam pemungutan suara ganda yang digelar pada hari Minggu. Menurutnya, terdapat 'bukti kuat' bahwa kelompok kriminal yang bekerja sama dengan "kekuatan asing yang memusuhi kepentingan nasional" mencoba membeli sekitar 300.000 suara. Sandu secara tegas menuding Moskow terlibat dalam upaya mengganggu pemilu, dengan menyebut keterlibatan Ilan Shor, seorang taipan yang kini menjadi buronan.
"Kelompok kriminal ini telah menyerang negara kita dengan puluhan juta euro, kebohongan, dan propaganda, menggunakan cara-cara paling memalukan untuk menjerat warga negara dan membawa Moldova ke dalam ketidakpastian serta ketidakstabilan," kata Sandu dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, Stoianoglo mengungkapkan bahwa jika ia terpilih, ia akan menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih seimbang, dengan mengedepankan hubungan baik dengan Uni Eropa, Rusia, Amerika Serikat, dan China. Ia juga mengaku memboikot referendum yang digelar pada hari Minggu, dengan menyebutnya sebagai "tipu muslihat" untuk meningkatkan suara bagi Sandu dalam pemilihan presiden.
Proses resmi Moldova untuk menjadi anggota Uni Eropa dimulai pada bulan Juni lalu. Di bawah kepemimpinan Sandu, Chisinau menargetkan untuk bergabung dengan UE pada tahun 2030. Hubungan Moldova dengan Rusia sendiri telah memburuk setelah Sandu mengecam invasi Kremlin ke Ukraina dan mengalihkan pasokan energi negara dari Rusia. Moskow bahkan menuduh pemerintah Sandu mengedepankan kebijakan yang "Russophobia."
Di tengah situasi yang memanas, Ilan Shor secara terbuka menawarkan uang kepada warga Moldova di media sosial untuk mempengaruhi orang lain agar memilih dengan cara tertentu. Shor mengklaim bahwa tindakan tersebut sah, karena uang yang digunakan adalah hasil dari usaha yang legal. "Hari ini, saya mengucapkan selamat kepada Anda, karena Anda telah kalah dalam pertempuran ini," ujar Shor, ditujukan kepada Sandu.