Pakar Tuding Data Covid-19 di India tidak Akurat
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sejumlah data terkait pandemi Covid-19 India yang telah memporak-porandakan negara itu dalam dua minggu terakhir diperkirakan tidak akurat. Beberapa pihak menyatakan kemungkinan tingkat infeksi di India bisa jauh lebih besar dibandingkan yang dilaporkan.
Dikutip Al Jazeera, Senin (3/5/2021), para ahli memperingatkan angka resmi Covid-19 dari negara terpadat kedua di dunia kemungkinan besar masih mengalami kekurangan yang sangat besar.
Lantas, mengapa data India terkait Covid-19 dianggap tidak akurat?
Di seluruh dunia, penghitungan resmi umumnya hanya melaporkan kasus yang dikonfirmasi, bukan infeksi yang sebenarnya. Sejumlah kasus terlewatkan karena pengujian dilakukan serampangan dan karena beberapa orang yang terinfeksi virus corona mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa gejala.
Semakin terbatas pengujiannya, semakin banyak kasus yang terlewatkan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan negara-negara di dunia harus melakukan 10 hingga 30 tes per kasus yang dikonfirmasi.
India melakukan lima tes untuk setiap kasus yang dikonfirmasi, menurut Our World in Data, sebuah situs penelitian online. Bandingkan dengan Amerika Serikat (AS) yang melakukan 17 tes per kasus yang dikonfirmasi. Bahkan Finlandia melakukan 57 tes per kasus yang dikonfirmasi.
"Masih banyak orang yang belum dites," kata Dr. Prabhat Jha dari Universitas Toronto.
"Seluruh rumah terinfeksi. Jika satu orang dites di rumah dan melaporkan bahwa mereka positif dan semua orang di rumah mulai mengalami gejala, jelas mereka mengalami Covid-19," lanjutnya.
Jha memperkirakan, berdasarkan pemodelan dari lonjakan kasus Covid-19 sebelumnya di India, jumlah infeksi sebenarnya bisa 10 kali lebih tinggi daripada laporan resmi.
Sementara itu, praktik tes PCR di Negeri Bollywood pun mengundang pertanyaan besar dari sisi akurasi. Dikutip Hindustan Times, dilaporkan hasil yang tidak akurat itu terjadi karena mutasi ganda virus Covid-19 yang menyebar India. Namun, hal ini masih ditolak oleh para ahli yang mengaku fenomena ini masih diteliti dan belum dapat disimpulkan.
"Semua kemungkinan di dunia ini sedang diteliti secara berkala dan sejauh ini tidak ada mutasi yang bisa mengelabui tes genetik ganda," ujar Dr. Anurag Agrawal, direktur Institut Genom dan Biomedikal Nasional.
Ia melanjutkan satu kemungkinan yang mungkin terjadi adalah pada saat virus sudah menyebar di seluruh tubuh dan sang pasien terlambat dites, maka besar kemungkinan hasil negatif akan selalu muncul.
Saat ini kasus akumulasi Covid-19 di India mencapai hampir mendekati 20 juta. Ledakan kasus ini tidak berbanding lurus dengan kondisi fasilitas kesehatan di mana RS telah terisi penuh, pasokan oksigen medis menipis, dan kamar mayat serta krematorium telah penuh.
Setidaknya 11 negara bagian dan wilayah persatuan telah memberlakukan beberapa bentuk pembatasan untuk mencoba dan membendung infeksi. Akan tetapi, pemerintah Perdana Menteri (PM) Narendra Modi enggan memberlakukan lockdown nasional karena khawatir efek buruknya terhadap perekonomian.[CNBC Indonesia]