Pangeran Hamzah Aktor Dibalik Kudeta Kerajaan Yordania
Font: Ukuran: - +
Pangeran Hamzah bin Hussein dari Kerajaan Yordania bersama istrinya, Putri Basmah. Foto/Yousef Allan/Royal Palace/REUTERS
DIALEKSIS.COM | Dunia - Pangeran Hamzah bin Hussein telah ditangkap oleh pasukan Kerajaan Yordania dan berstatus sebagai tahanan rumah. Mantan putra mahkota tersebut dituduh merencanakan kudeta dengan berusaha memobilisasi para pemimpin suku untuk melawan pemerintah.
"Pangeran Hamzah bin Hussein bekerja dengan entitas asing untuk mengguncang negara," kata Wakil Perdana Menteri Ayman Safadi. Pangeran yang ditangkap itu sebelumnya merilis dua video ke BBC, mengeklaim bahwa dia ditahan di bawah tahanan rumah.
Dia membantah konspirasi, tetapi menuduh para pemimpin Yordania melakukan korupsi dan ketidakmampuan mengurus negara. Sebanyak 16 orang, termasuk mantan penasihat Raja Abdullah II dan anggota keluarga kerajaan lainnya, ditangkap pada Sabtu karena diduga mengancam keamanan negara.
Dalam videonya, Pangeran Hamzahâ”saudara tiri Raja Abdullah II, mengatakan dia telah diberitahu bahwa dia tidak dapat keluar atau berkomunikasi dengan orang-orang.
Langkah tersebut diduga menyusul kunjungan Pangeran Hamzah ke para pemimpin suku, di mana dia dikatakan telah mengumpulkan beberapa dukungan.
Ibunya, Ratu Noor yang kelahiran Amerika Serikat (AS), mengatakan dia berdoa untuk putranya, yang dia sebut sebagai korban tak bersalah dari "fitnah jahat".
Siapakah Pangeran Hamzah?
Dia adalah putra tertua almarhum Raja Hussein dan istri kesayangannya Ratu Noor. Pangeran Hamzah adalah lulusan Harrow School Inggris dan Royal Military Academy di Sandhurst. Dia juga kuliah di Universitas Harvard di AS dan pernah bertugas di Angkatan Bersenjata Yordania.
Dia dinobatkan sebagai putra mahkota Yordania pada 1999 dan merupakan pangeran favorit Raja Hussein, yang sering menggambarkannya di depan umum sebagai "kesenangan mataku".
Namun, dia dipandang terlalu muda dan tidak berpengalaman untuk diangkat menjadi penerus raja pada saat kematian Raja Hussein.
Alih-alih jadi raja, faktanya justru kakak tirinya; Abdullah II, yang naik takhta dan mencopot gelar putra mahkota Hamzah pada tahun 2004. Raja Abdullah II justri memberikan gelar putra mahkota itu kepada putranya sendiri.
Langkah itu dipandang sebagai pukulan bagi Ratu Noor, yang berharap putra tertuanya menjadi raja.
Siapa Lagi yang Ditangkap?
Tokoh lainnya yang ditahan pada hari Sabtu termasuk Bassem Awadallah, mantan menteri keuangan, dan Sharif Hassan Bin Zaid, anggota keluarga kerajaan.
Awadallah, seorang ekonom yang dididik di AS, telah menjadi kepercayaan raja dan kekuatan berpengaruh dalam reformasi ekonomi Yordania. Para pengamat mengatakan Awadallah sering mendapati dirinya diadu dengan birokrasi pemerintah yang mengakar yang menolak rencananya.
Tidak ada anggota Angkatan Bersenjata yang dilaporkan termasuk di antara mereka yang ditahan atas dugaan plot tersebut.
Apa yang Dituduhkan pada Pangeran Hamzah?
Menanggapi dampak buruk pada hari Minggu, Wakil PM Safadi mengatakan Pangeran Hamzah telah menggunakan video tersebut untuk memutarbalikkan fakta dan memicu empati. Komentar Safadi itu dilansir kantor berita negara setempat, Petra yang dilansir BBC, Senin (5/4/2021).
Dia mengatakan pada konferensi pers bahwa Pangeran Hamzah telah berhubungan dengan pihak asing tentang destabilisasi negara dan telah diawasi selama beberapa waktu.
Pangeran yang gagal jadi raja itu dituduh berusaha memobilisasi "pemimpin suku" untuk melawan pemerintah.
"Tapi plot itu telah dihentikan sejak awal," kata Safadi.
Safadi melanjutkan dengan menuduh bahwa seorang pria yang memiliki hubungan dengan dinas keamanan asing telah menawari istri Pangeran Hamzah, Putri Basmah, penerbangan dari Yordania. Dia tidak merinci dinas keamanan luar negeri mana yang terlibat.
Safadi mengatakan para pejabat telah mencoba untuk mencegah dari tindakan mengambil langkah hukum terhadap Pangeran Hamzah, tetapi pangeran tersebut telah merespons secara negatif". Dia mencatat bahwa dialog sedang berlangsung.
Kekuatan regional termasuk Mesir, Turki, dan Arab Saudi telah menyuarakan dukungan untuk Raja Abdullah II setelah dugaan upaya kudeta tersebut.
Amerika Serikat, yang bersekutu dengan Yordania dalam kampanyenya melawan kelompok ISIS menggambarkan Raja Abdullah II sebagai mitra kunci yang mendapat dukungan penuh.
Inggris juga mendukung Raja Abdullah II. "Kerajaan Yordania Hashemite adalah mitra yang sangat berharga bagi Inggris," kata James Cleverly, menteri untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
Ada Apa di Balik Gonjang-ganjing Ini?
Ketegangan di dalam rumah tangga kerajaan telah terlihat selama beberapa waktu, demikian laporan jurnalis Yordania Rana Sweis kepada BBC.
"Mantan putra mahkota juga dipandang populer. Dia sangat mirip dengan ayahnya, Raja Hussein, dan dia juga sangat populer di kalangan suku-suku setempat," katanya.
Anggota lain dari keluarga kerajaan mengomentari perselisihan itu di Twitter pada Minggu malam, menyerang Ratu Noor dan menyatakan bahwa itu adalah perselisihan tentang hak suksesi.
"Ambisi Ratu Noor dan putra-putranya yang tampaknya buta adalah delusi, sia-sia, tidak layak, dan merasa berhak palsu. Mereka semua harus tahu lebih baik. Seperti akta suksesi konstitusi, ayah hingga putra sulung, berpengalaman dengan catatan dinas tak terputus," tulis akun Twitter @FiryalOfJordan pada 4 April 2021.
Tetapi beberapa komentator mengatakan kritik Pangeran Hamzah terhadap korupsi di kerajaan menyentuh hati banyak orang di negara itu.
"Apa yang dikatakan Pangeran Hamzah berulang kali terdengar di rumah-rumah setiap orang Yordania," kata Ahmad Hasan al Zoubi, seorang kolumnis terkemuka.
Yordania memiliki sedikit sumber daya alam dan ekonominya terpukul parah oleh pandemi COVID-19. Kerajaan itu juga telah menyerap gelombang pengungsi dari perang saudara di negara tetangga; Suriah.
Namun, penangkapan politik tingkat tinggi jarang terjadi. Badan intelijen yang kuat negara itu telah memperoleh kekuatan ekstra sejak pandemi dimulai, yang menuai kritik dari kelompok hak asasi manusia [sindonews.com].