DIALEKSIS.COM | London - Perdana Menteri Inggris Keir Starmer pada Senin (15/9/2025) mengecam keras pernyataan pemilik Tesla dan platform media sosial X, Elon Musk, yang menyebut bahwa "kekerasan akan datang ke Inggris" dan menyerukan masyarakat untuk "melawan atau mati".
Komentar tersebut disampaikan Musk dalam sebuah demonstrasi anti-imigrasi yang berlangsung di London akhir pekan lalu.
Unjuk rasa bertajuk “Unite the Kingdom”, yang digelar Sabtu (14/9/2025), diorganisir oleh tokoh kontroversial sayap kanan, Tommy Robinson, dan dihadiri lebih dari 100.000 orang. Aksi ini sempat diwarnai bentrokan antara pengunjuk rasa dan pihak kepolisian, mengakibatkan 26 petugas terluka -- empat di antaranya mengalami luka serius. Sebanyak 25 orang telah ditangkap, dan Kepolisian Metropolitan menyatakan akan ada penangkapan lanjutan.
Dalam video yang ditayangkan selama unjuk rasa, Musk menyerukan pembubaran parlemen dan pemilihan umum dini untuk menggulingkan pemerintahan kiri-tengah yang dipimpin Starmer. Ia menyampaikan bahwa masyarakat Inggris harus “melawan atau mati” karena “kekerasan akan datang kepada kalian”.
Kecaman dari Pemerintah dan Oposisi
Juru bicara Starmer, Dave Pares, mengatakan bahwa komentar Musk tidak mencerminkan nilai-nilai masyarakat Inggris.
“Inggris adalah negara yang adil, toleran, dan bermartabat. Bahasa berbahaya dan provokatif yang mengancam kekerasan serta intimidasi di jalanan kita tidak dapat diterima,” ujarnya.
Perdana Menteri Starmer juga menulis di platform X bahwa protes damai adalah bagian dari nilai-nilai inti Inggris, namun kekerasan terhadap petugas kepolisian dan tindakan intimidatif tidak akan ditoleransi.
Sementara itu, Ed Davey -- pemimpin Partai Demokrat Liberal, partai terbesar ketiga di parlemen Inggris -- menyerukan agar semua pemimpin partai, termasuk Kemi Badenoch (Konservatif) dan Nigel Farage (Reform UK), ikut mengutuk komentar Musk. Davey bahkan meminta pemerintah memblokir Tesla dari mendapatkan kontrak-kontrak pemerintah sebagai bentuk sanksi.
Namun, pemerintah Inggris menyatakan tidak berencana menjatuhkan sanksi terhadap Elon Musk atas pernyataannya tersebut. [abc news]