Sekjen PBB: Jika Ada Neraka di Bumi, Maka itu Adalah Kehidupan Anak-anak di Jalur Gaza
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres mengungkapkan tidak bisa menerima pertempuran dan aksi saling serang yang berlanjut antara Tentara Israel dengan kelompok militan di Palestina, termasuk di antaranya Hamas.
Dia mengingatkan, korban dari warga sipil berjatuhan akibat baku tembak yang tak kunjung usai tersebut. Karena itu dalam Sidang Majelis Umum PBB pada Kamis (20/5) dia menyerukan ke kedua belah pihak bahwa pertempuran harus segera dihentikan.
"Saya sangat terkejut dengan berlanjutnya pemboman udara dan artileri oleh pasukan pertahanan Israel di Gaza," ungkap Guterres dikutip dari AFP saat menjelaskan soal rentetan tembakan yang dia sebut menewaskan sedikitnya 208 warga Palestina termasuk 60 anak-anak.
Kementerian Kesehatan Gaza mencatat jumlah korban yang lebih tinggi yakni 230 orang termasuk 65 di antaranya anak-anak.
Guterres melanjutkan, di sisi lain yang juga tak bisa ia terima adalah penembakan roket secara serampangan oleh Hamas dan kelompok militan lain ke pusat-pusat populasi di Israel pun mengakibatkan 12 kematian, termasuk dua anak-anak dan ratusan orang luka-luka.
Korban yang dibeberkan Guterres itu berbeda dengan data yang diberikan polisi Israel yang menyebut roket Hamas merenggut 12 nyawa, termasuk seorang anak.
Guterres pun mengibaratkan kehidupan di Gaza kini bagaikan neraka bagi anak-anak di sana.
"Jika ada neraka di bumi, maka itu adalah kehidupan anak-anak di Jalur Gaza," ungkap Guterres.
Sidang Majelis Umum PBB diminta oleh Niger dan Aljazair, di mana masing-masing merupakan ketua dari Organization of Islamic Cooperation dan Kelompok Arab di PBB.
Sebelumnya pada Rabu atau hari ke-10 kekerasan dan serangan mematikan antara Israel dan kelompok bersenjata di Palestina di Gaza, Juru Bicara Sekjen PBB mengatakan Guterres telah berkomunikasi dengan Palestina dan pejabat di Timur Tengah. Namun belum berkontak dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Selain serangan udara ke beberapa rumah sakit, penghancuran kantor media dan pembunuhan seorang jurnalis di Gaza juga memprihatinkan.
"Tidak ada pembenaran, termasuk kontraterorisme atau pembelaan diri lain oleh pihak-pihak yang berkonflik dari kewajiban atas hukum humaniter internasional," tukas Guterres.[CNN Indonesia]