Selidiki Sumber Covid-19, WHO Berencana Kirim Tim ke China
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang berdiskusi dengan China terkait rencana untuk mengirim misi tindak lanjut ke negara itu untuk menyelidiki sumber pandemi virus corona (COVID-19).
Hal itu disampaikan oleh Maria Van Kerkhove, kepala unit penyakit emerging dan zoonosis WHO, Rabu (6/5/2020). Kerkhove mengatakan penyelidikan perlu dilakukan karena sangat penting bagi para pejabat untuk menentukan dari spesies apa virus itu muncul.
"Ada diskusi dengan rekan-rekan kami di China untuk misi lebih lanjut, yang akan lebih fokus secara akademis dan benar-benar fokus pada melihat apa yang terjadi di awal dalam hal paparan dengan hewan yang berbeda sehingga kita dapat melihat pendekatan baru untuk temukan sumber zoonosis," kata Van Kerkhove saat konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss.
Pembicaraan mengenai pengiriman misi penyelidikan asal-usul COVID-19 ini dilakukan di tengah ramainya spekulasi tentang sumber awal virus yang sudah menginfeksi 3,8 juta orang di seluruh dunia itu.
Pejabat WHO sebelumnya telah mengatakan bahwa virus corona muncul dari pasar makanan laut di Wuhan, China, dan kemungkinan berasal dari kelelawar, kemudian melompat ke "host perantara" sebelum menginfeksi manusia.
Pada Februari lalu, WHO juga telah mengirim tim ahli internasional, termasuk Van Kerkhove, untuk bergabung dengan rekan-rekan China dalam misi untuk mengeksplorasi sifat virus dan untuk menginformasikan tanggapan global. Van Kerkhove mengatakan bahwa tim merekomendasikan China untuk menyelidiki lebih lanjut sumber hewan dari wabah tersebut.
"Pentingnya kesehatan masyarakat sangat penting karena tanpa mengetahui dari mana asal binatang itu, sulit bagi kita untuk mencegah hal ini terjadi lagi," katanya, menurut laporan CNBC International.
"Ini terjadi dengan semua patogen yang muncul karena kebanyakan patogen yang muncul berasal dari hewan."
Sejak wabah pertama dikonfirmasi di China pada Desember, para ilmuwan terus melakukan tes pada berbagai hewan untuk menemukan sumber awal wabah. Tetapi, sejauh ini mereka tidak berhasil menemukan inang yang menjadi sumber wabah tersebut.
Dalam beberapa pekan terakhir isu mengenai asal-usul wabah corona sedang ramai diperbincangkan. Itu terjadi pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membahas mengenai kemungkinan virus corona merupakan virus buatan manusia yang berasal dari Institut Virologi yang ada di Wuhan. Trump juga telah menyatakan negaranya sedang menyelidiki kebenaran teori konspirasi itu.
Baru-baru ini, presiden kontroversial itu mengatakan AS sudah memiliki bukti bahwa virus corona yang mematikan berasal dari laboratorium virologi itu.
"Ya, ya saya sudah," kata Trump ketika ditanya apakah dia telah melihat bukti yang dapat sangat meyakinkannya bahwa virus tersebut berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebagaimana dilaporkan France 24.
Namun demikian, Trump menolak untuk membeberkan detailnya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda itu. Saya tidak diizinkan untuk memberi tahu Anda tentang itu."
Pernyataan Trump tersebut telah diungkit secara langsung oleh WHO. Direktur Gawat Darurat WHO Michael Ryan mengatakan lembaga kesehatan PBB itu belum melihat bukti yang dimaksud Trump. Oleh karenanya ia meminta AS untuk memberikan bukti yang bisa mendukung pernyataan Trump itu.
"Kami belum menerima data atau bukti spesifik dari pemerintah Amerika Serikat yang berkaitan dengan asal-usul virus - jadi dari sudut pandang kami, ini tetap spekulatif," kata Ryan pada briefing virtual, Senin.
Lebih lanjut, Ryan menekankan bahwa AS perlu memberikan bukti karena hal itu dapat menambah informasi kesehatan masyarakat untuk pengendalian wabah di masa depan.
"Seperti organisasi berbasis bukti, kami akan sangat bersedia menerima informasi apa pun yang dimaksudkan terkait asal virus itu," kata Ryan.
"Jika data dan bukti itu tersedia, maka pemerintah Amerika Serikat yang bisa memutuskan apakah dan kapan dapat membagikannya, tetapi sulit bagi WHO untuk beroperasi dalam kekosongan informasi dalam hal itu," tambahnya, sebagaimana dilaporkan AFP. (Im/CNBCIndonesia)