Singapura Darurat Demam Berdarah, Pertanda Perubahan Iklim Global
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi Demam Berdarah. [Foto: Liputan6.com/Johan Fatzry]
DIALEKSIS.COM | Singapura - Darurat demam berdarah sedang melanda Singapura, karena wabah penyakit musiman itu yang datang luar biasa awal tahun ini.
Negara kota di Asia Tenggara itu telah melampaui 11.000 kasus, jauh melampaui 5.258 kasus yang dilaporkan sepanjang tahun 2021, dan itu terjadi sebelum 1 Juni, ketika puncak musim demam berdarah dimulai.
Para ahli memperingatkan bahwa itu adalah angka yang suram, tidak hanya untuk Singapura yang iklim tropisnya merupakan tempat berkembang biak alami nyamuk Aedes yang membawa virus, tetapi juga untuk seluruh dunia.
Hal itu karena perubahan iklim global, yang artinya wabah seperti itu kemungkinan akan menjadi lebih umum dan meluas di tahun-tahun mendatang.
DBD bukanlah penyakit yang menyenangkan. Ini menyebabkan gejala seperti flu seperti demam tinggi, sakit kepala parah dan nyeri tubuh. Dalam kasus ekstrem menyebabkan pendarahan, kesulitan bernapas, kegagalan organ dan bahkan kematian dapat terjadi.
"[Kasus] pasti meningkat lebih cepat," kata Menteri Dalam Negeri Singapura Desmond Tan di sela-sela inspeksi lingkungan untuk nyamuk demam berdarah.
"Ini adalah fase darurat yang mendesak sekarang yang harus kita tangani," tambahnya.
Wabah di Singapura telah diperburuk oleh cuaca ekstrem baru-baru ini, kata para ahli.
"Penyakit ini sekarang endemik di lebih dari 100 negara," kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporan demam berdarah global pada Januari 2022, mencatat bahwa kasus telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun terakhir.
Tahun ini, Singapura, di mana demam berdarah telah menjadi endemik selama beberapa dekade, sejauh ini hanya mengalami satu kematian akibat demam berdarah tetapi dengan meningkatnya jumlah kasus, pihak berwenang tidak mau mengambil risiko.
“Pada 28 Mei 2022, sekitar 11.670 kasus demam berdarah telah dilaporkan tahun ini, sekitar 10% kasus memerlukan rawat inap,” kata juru bicara Kementerian Kesehatan Singapura kepada CNN.
Tetapi dengan musim puncak yang baru saja dimulai, para ahli medis dan dokter seperti Clarence Yeo Sze Kin mengatakan ada kemungkinan tahun ini dapat mencatat rekor jumlah kasus.
"Dengue adalah penyakit musiman dan begitu menjadi panas dan kering, saya biasanya mulai melihat lebih banyak pasien datang," katanya.
"Dengue mungkin endemik tapi tetap bukan penyakit sederhana untuk diobati," tambah Yeo. [CNN]