DIALEKSIS.COM | Hungaria - Puluhan ribu warga Hungaria telah berpartisipasi dalam demonstrasi di Budapest menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Viktor Orban karena kelalaiannya dalam menangani skandal pelecehan anak yang berulang di negara tersebut.
Sejak kembali berkuasa pada tahun 2010, Orban telah berjanji untuk memprioritaskan perlindungan anak-anak di Hungaria, tetapi beberapa skandal pelecehan anak yang menjadi sorotan telah mengguncang pemerintahannya dalam beberapa tahun terakhir.
Protes hari Sabtu (13/12/2025), yang dipimpin oleh pemimpin partai oposisi TISZA, Peter Magyar, terjadi setelah tuduhan baru mengenai pusat penahanan anak di ibu kota negara, Budapest, muncul pada bulan September. Rekaman kamera keamanan dari pusat tersebut menunjukkan direktur pusat penahanan anak di Jalan Szolo menendang kepala seorang anak laki-laki.
Awal pekan ini, empat anggota staf ditahan, dan pemerintah mengumumkan bahwa mereka akan menempatkan semua fasilitas anak tersebut di bawah pengawasan langsung polisi.
Pada hari Sabtu, ribuan pengunjuk rasa berjalan melalui jalan-jalan Budapest yang dingin di belakang spanduk bertuliskan "Lindungi anak-anak!" dan menyerukan pemerintah untuk mengambil tindakan lebih lanjut terhadap para pelaku. Beberapa orang juga membawa mainan lunak dan obor sebagai bentuk solidaritas dengan korban kekerasan fisik dalam kasus yang terjadi beberapa tahun lalu.
Pada hari Jumat, Magyar juga merilis laporan resmi yang sebelumnya belum dipublikasikan dari tahun 2021, yang menemukan bahwa lebih dari seperlima anak di lembaga perawatan yang dikelola negara telah mengalami kekerasan.
“Kita seharusnya marah atas apa yang dilakukan terhadap anak-anak yang paling rentan,” kata Zsuzsa Szalay, seorang pensiunan berusia 73 tahun yang ikut serta dalam protes hari Sabtu, kepada kantor berita AFP.
Pemerintah Orban bersikeras bahwa tindakan sedang diambil terhadap dugaan kekerasan terhadap anak.
Perdana menteri, yang menghadapi tantangan terberat dalam pemerintahannya selama 15 tahun dalam pemilihan yang kemungkinan akan diadakan pada bulan April, juga mengutuk pelecehan tersebut dalam sebuah wawancara dengan media Mandiner, dan menyebutnya tidak dapat diterima dan kriminal. Ia menambahkan bahwa “[bahkan] penjahat muda pun tidak boleh diperlakukan seperti ini”.
Namun, para pengunjuk rasa pada hari Sabtu mengatakan bahwa respons Orban tidak memadai.
“Biasanya, pemerintah akan digulingkan setelah kasus seperti ini,” kata David Kozak yang berusia 16 tahun kepada AFP.
Tahun lalu, presiden negara itu, Katalin Novak, juga tunduk pada tekanan publik dan mengundurkan diri setelah mengampuni wakil direktur sekolah anak-anak yang dikelola negara yang dihukum karena menutupi pelecehan seksual oleh direkturnya.
“Bagi mereka, masalahnya bukan pada terjadinya pelecehan, tetapi pada terungkapnya pelecehan tersebut,” tambah Kozak. [news agencies/aljazeera]