Taliban Tolak Tawaran Pembicaraan Damai Afghanistan
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Pakistan - Taliban telah menolak tawaran pembicaraan Kabul bulan depan di Arab Saudi di mana gerilyawan, yang berjuang untuk memulihkan hukum Islam di Afghanistan, akan bertemu para pejabat AS untuk upaya perdamaian lebih lanjut, kata seorang pemimpin Taliban, Minggu (30/12).
Perwakilan dari Taliban, Amerika Serikat dan negara-negara kawasan bertemu bulan ini di Uni Emirat Arab untuk pembicaraan mengakhiri perang 17 tahun di Afghanistan.
Tetapi Taliban telah menolak untuk mengadakan pembicaraan resmi dengan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat.
"Kami akan bertemu pejabat AS di Arab Saudi pada Januari tahun depan dan kami akan memulai pembicaraan kami yang tetap tidak lengkap di Abu Dhabi," kata anggota Dewan Kepemimpinan pengambilan keputusan Taliban kepada Reuters. "Namun, kami telah menjelaskan kepada semua pemangku kepentingan bahwa kami tidak akan berbicara dengan pemerintah Afghanistan."
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid juga mengatakan para pemimpin kelompok itu tidak akan berbicara dengan pemerintah Afghanistan.
Para gerilyawan bersikeras untuk pertama kali mencapai kesepakatan dengan Amerika Serikat, yang dianggap kelompok itu sebagai kekuatan utama di Afghanistan sejak pasukan pimpinan AS menggulingkan pemerintah Taliban pada 2001.
Upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik semakin intensif setelah perwakilan Taliban mulai bertemu utusan AS Zalmay Khalilzad tahun ini. Pejabat dari pihak yang bertikai telah bertemu setidaknya tiga kali untuk membahas penarikan pasukan internasional dan gencatan senjata pada 2019.
Tetapi Amerika Serikat bersikeras bahwa penyelesaian akhir harus dipimpin oleh orang Afghanistan.
Menurut data dari misi Resolute Support yang dipimpin NATO yang diterbitkan pada November, pemerintah Presiden Ashraf Ghani memiliki kendali atau pengaruh terhadap 65 persen populasi, tetapi hanya 55,5 persen dari 407 distrik di Afghanistan, lebih sedikit daripada kapan pun sejak 2001. Taliban mengatakan mereka mengendalikan 70 persen negara.
Seorang pembantu dekat Ghani mengatakan pemerintah akan terus berusaha untuk membangun jalur komunikasi diplomatik langsung dengan Taliban.
"Pembicaraan harus dipimpin oleh Afghanistan dan dimiliki oleh orang Afghanistan," kata ajudan itu tanpa menyebut nama. "Adalah penting bahwa Taliban mengakui fakta ini."
Presiden AS Donald Trump telah mengumumkan penarikan pasukan Amerika dari Suriah, keputusan yang mendorong pengunduran diri Menteri Pertahanan James Mattis, dan ada laporan bahwa ia mempertimbangkan penarikan sebagian dari Afghanistan. (Rupam/Nick/Reuters)