Tarik Mundur Pasukan dari Afghanistan, Trump: Ada Kemungkinan Kembali
Font: Ukuran: - +
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. [Foto: Mike Stone/Reuters]
DIALEKSIS.COM | Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Sabtu (29/2/2020) mengatakan pasukan militer AS akan "segera" ditarik mundur dari Afghanistan.
Dilansir dari kantor berita AFP, ketika Trump ditanya jurnalis kapan tepatnya kebijakan tersebut dilakukan, sang presiden mengatakan "hari ini".
"Seperti, hari ini. OK? Hari ini. Mereka akan segera melakukannya," ucap suami Melania Trump tersebut.
Perjanjian damai antara AS dengan Taliban disepakati pada Sabtu (29/2/2020) di Doha, Qatar.
Di dalam perjanjian tersebut, AS setuju akan menarik mundur pasukannya secara bertahap dari Afghanistan selama 14 bulan.
Tahapannya dimulai dari 135 hari pertama (4,5 bulan), AS menarik mundur pasukannya dan menyisakan 8.600 personel di Afghanistan. Jumlah ini termasuk sekutu dan pasukan koalisi.
Baik AS, sekutu, dan koalisi akan menarik mundur pasukannya dari lima basis militer.
Kemudian di 9,5 bulan sisanya, pihak AS, sekutu, dan koalisi menyelesaikan penarikan mundur semua pasukannya, dari basis-basis militer yang tersisa.
Jumlah pasukan militer AS sendiri di Afghanistan mencapai 12.000-13.000 secara keseluruhan.
BBC memberitakan, Trump saat berpidato di Gedung Putih hari ini mengatakan keyakinannya perjanjian ini akan terwujud karena "semua orang sudah lelah berperang".
"Saya benar-benar yakin Taliban ingin melakukan sesuatu untuk menunjukkan bahwa kita (AS) tidak membuang waktu," ucap pria berusia 73 tahun tersebut.
Meski perjanjian damai telah disepakati, Trump juga memperingatkan Taliban agar tidak melanggar perjanjian gencatan senjata.
BBC menambahkan, meski Trump yakin Taliban ingin berdamai tapi kalau mereka melanggarnya, pasukan AS akan kembali ke Afghanistan dengan kekuatan yang jauh lebih besar.
"Jika ada hal-hal buruk terjadi, kami akan kembali (ke Afghanistan) dengan kekuatan yang sangat besar,"
Finalisasi perjanjian damai antara AS dengan Taliban ini ditandai dengan jabat tangan antara Mullah Abdul Ghani Baradar selaku pemimpin Taliban, dan Zalmay Khalilzad yang merupakan utusan AS.
Penandatanganan dilakukan pada Sabtu (29/2/2020) di Doha, Qatar. Perjanjian ini menandai berakhirnya invasi militer AS di Afghanistan selama 18 tahun lebih.
AS mulai menginvasi Afghanistan pada 11 September 2001. Negeri "Uncle Sam" melakukannya beberapa minggu usai terjadi serangan di New York yang didalangi Al-Qaeda
Sejak kejadian tersebut, puluhan ribu korban berjatuhan dan kerugian ditaksir mencapai 2 triliun dollar AS (sekitar Rp28,6 kuadriliun), demikian data yang diungkap The Washington Post. (Kompas)