Tel Aviv Ancam Hancurkan S-300 Rusia jika Jet Tempurnya Ditembak
Font: Ukuran: - +
Foto: Reuters
Dialeksis.com - Tel Aviv mengancam akan menghancurkan sistem peluru kendali S-300 milik Rusia di Suriah jika alat tersebut digunakan untuk menyerang Israel.
Hal tersebut diutarakan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman menyusul laporan surat kabar Kommersant yang menyebutkan Moskow segera mengirimkan sistem rudal itu ke Damaskus.
"Yang terpenting bagi kami adalah senjata pertahanan yang Rusia berikan kepada Suriah tidak akan digunakan untuk melawan kami," kata Lieberman kepada situs berita Ynet sebagaimana dikutip AFP, Rabu (25/4).
"Jika senjata itu dipakai untuk melawan Israel, Israel akan melawan balik mereka."
Rusia dan Suriah merupakan sekutu dekat. Kedua negara sebenarnya telah menandatangani perjanjian penempatan alat pertahanan itu sejak 2010 lalu.
Namun, menurut laporan Kommersant, pengiriman S-300 tertunda karena protes dan tekanan dari Israel.
Wacana pengiriman S-300 kembali mencuat pasca-serangan gabungan Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris ke Suriah pada 14 April lalu. Serangan itu dilakukan sebagai respons terhadap dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintahan Bashar Al-Assad.
Awal April lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan belum ada keputusan terbaru terkait pengiriman rudal-rudal S-300 ke Suriah.
Selama ini, Rusia telah menempatkan sistem rudal S-300 di pangkalan militernya sendiri di Tartus, Suriah. Moskow juga menempatkan sistem rudalnya yang lebih canggih, S-400, di pangkalannya di Hmeimim, barat Suriah.
"Kami selalu terbuka dengan Rusia. Kami benar-benar mendiskusikan hal ini dengan mereka meski kita tahu bahwa sistem pertahanan mereka tidak pernah digunakan untuk melawan Israel," ucap Lieberman.
"Selama beberapa tahun terakhir kami berupaya terus berkoordinasi demi menghindari gesekan dengan Rusia."
Israel dan Suriah secara teknis masih berperang sebab kedua negara hanya menyepakati perjanjian gencatan senjata pada Perang Enam Hari 1967 lalu. Saat itu, Suriah dan Israel memperebutkan wilayah Dataran Tinggi Golan.
Relasi antara Tel Aviv dan Damaskus kembali menegang ketika perang saudara di Suriah pecah pada 2011 lalu. (CNN)