Trump Menutup Kantor PLO di Washington
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Washington, DC - Para pengamat menilai kebijakan Trump menutup Kantor PLO menunjukkan sikap yang tidak memanusiakan Palestina. Hal ini akan membahayakan proses perdamaian.
Keputusan itu diambil menyusul penolakan PLO untuk melakukan negosiasi dengan Israel. John Bolton, Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan: "Pimpinan PLO menolak rencana perdamaian yang diprakarsai oleh AS. Hal ini juga terkait dengan ancaman AS terhadap Pengadilan Pidana Internasional dengan sanksi jika hakim membuka penyelidikan ke AS atau Israel."
Saeb Erekat, Sekretaris Jenderal PLO, mengatakan: "penegasan lain dari kebijakan pemerintah Trump untuk secara kolektif menghukum rakyat Palestina".
Mendorong Abbas melampaui batasnya
Baru-baru ini Presiden AS Donald Trump telah memotong lebih dari $ 200 juta bantuan ekonomi kepada Palestina. Tetapi Jared Kushner, penasihat senior Gedung Putih, yang juga menantu Trump, justru mempertanyakan komitmen pemimpin Palestina Mahmoud Abbas terhadap perdamaian.
Keputusan AS tersebut, menurut Black dari London School of Economics, membawa banyak implikasi untuk proses perdamaian. Hal yang paling signifikan "adalah melemahnya mekanisme apa pun untuk menghasilkan penyelesaian terhadap konflik atau solusi dua negara."
"Penting untuk menunjukkan bahwa pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas, lebih mungkin daripada yang lain untuk mencapai semacam solusi dua negara dengan Israel," kata Black. "Tetapi dia telah didesak untuk bereaksi secara emosional terhadap manuver-manuver Amerika. Tidak akan ada lagi mediator yang adil dalam konflik. Abbas telah didorong melampaui batas dalam hal ini."
Author Khaled Diab, who has spent the last decade in frequent visits to the Palestinian territories, said the idea of a two-state solution has long diminished in the minds of many.
Penulis Khaled Diab, yang telah menghabiskan satu dekade terakhir dalam kunjungan-kunjungan yang sering ke wilayah Palestina, mengatakan gagasan solusi dua-negara telah lama hilang di benak banyak orang.
Namun langkah politik diplomasi tersebut, yakni "Pemotongan bantuan, bagaimanapun, adalah salah satu yang dapat memiliki efek knock-on yang mengarah ke kerusuhan."