Usai Dihapus Akunnya, Trump Tuduh Twitter Berkonspirasi untuk Membungkam
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM - Imbas penutupan akun Twitter-nya secara permanen, Donald Trump menuduh platform media sosial tersebut berkonspirasi dengan musuh politiknya untuk membungkam dirinya.
"Twitter telah melangkah lebih jauh dan lebih jauh dalam melarang kebebasan berbicara. Malam ini, karyawan Twitter telah berkoordinasi dengan Demokrat dan radikal kiri dalam menghapus akun saya dari platform mereka, untuk membungkam saya. Dan ANDA, 75.000.000 patriot hebat yang memilih saya," kata Trump dalam rangkaian cuitan dari akun resmi @POTUS.
Namun, tak tunggu waktu lama, unggahan itu dengan cepat dihapus kembali oleh pihak Twitter.
Menanggapi respons Twitter, Trump pun melontarkan komentarnya sebagai pernyataan resmi melalui kantor pers Gedung Putih.
Dilansir AFP, Trump memberi isyarat kepada para pengikutnya di Twitter bahwa pihaknya akan memiliki platform baru untuk kembali berinteraksi.
"Kami telah bernegosiasi dengan berbagai situs lain, dan akan segera mengumumkannya. Kami juga melihat kemungkinan [untuk] membangun platform kami sendiri dalam waktu dekat. Kami tidak akan DIAM," ujar Trump.
Keputusan Twitter untuk menangguhkan akun Trump diambil setelah melakukan review dari sejumlah cuitan Trump dalam beberapa hari terakhir, termasuk melihat konteks, respons, serta penafsiran baik di dalam dan luar Twitter.
"Kami telah secara permanen menangguhkan akun tersebut karena risiko hasutan lebih lanjut untuk melakukan kekerasan," kata Twitter dalam pernyataan resmi.
Hingga kini, Trump memiliki lebih dari 88,8 juta pengikut di Twitter. Ia kini resmi 'dicabut' dari platform media sosial tersebut setelah Twitter selama bertahun-tahun dikritik akibat memberikan hak spesial walau Trump dinilai kerap melanggar peraturan.
Sebelumnya, Twitter telah menangguhkan sementara akun Trump terkait tiga cuitan terbarunya perihal kerusuhan di Washington DC pada Rabu (6/1/2021).
Cuitan-cuitan itu yakni pesan terhadap para perusuh di Gedung Kongres Capitol Hill, permintaan mereka untuk pulang, mengatakan ia sangat mencintai mereka hingga mengulangi pernyataan Pilpres AS 2020 yang diklaimnya curang.
Twitter menilai cuitan-cuitan terbaru Trump berpotensi mendorong orang untuk melakukan tindakan kriminal di Capitol Hill. Akibatnya, akun Trump kini benar-benar menghilang untuk selama-lamanya.
"Itu berulang kali dan merupakan pelanggaran berat terhadap kebijakan integritas sipil kami."
Kerusuhan di Cipitol AS mengakibatkan lima orang meninggal dunia dan memicu seruan agar Trump mengundurkan diri atau dicopot dari jabatannya melalui Amandemen ke-25 atau pemakzulan kongres.
"Dalam konteks peristiwa mengerikan pada pekan ini, kami memperjelas bahwa terdapat pelanggaran aturan lagi pada Rabu (6/1) yang berpotensi menghasilkan tindakan yang sama," tulis Twitter.
"Kepentingan publik kami adalah memungkinkan masyarakat mendengar dari pejabat terpilih serta pemimpin dunia secara langsung. Itu dibangun di atas prinsip memiliki hak meminta pertanggungjawaban di tempat terbuka."
"Namun, kami memperjelas selama bertahun-tahun akun-akun ini tidak sepenuhnya di atas peraturan kami dan tidak dapat menggunakan Twitter untuk menghasut kekerasan," pungkas Twitter. (CNN Indonesia)