Usir Nelayan China di LCS, Filipina Kirim Kapal Perang
Font: Ukuran: - +
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Pemerintah Filipina memutuskan mengirim kapal perang ke Gugus Karang Whitsun, Laut China Selatan, karena sebanyak 183 kapal nelayan China masih parkir di dekat perairan sengketa itu.
Dilansir AFP, Jumat (26/3), dari pantauan udara terlihat saat ini masih ada 183 kapal nelayan China yang masih parkir di dekat perairan sengketa itu. Tepatnya pada jarak 320 kilometer di sebelah barat Pulau Palawan.
Pada pekan lalu jumlah kapal nelayan China yang melego jangkar di kawasan itu terpantau mencapai 220 buah.
Menurut juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina, mereka akan mengirim kapal perang untuk melakukan patroli demi menjaga kedaulatan wilayah perairan. Namun, dia tidak merinci wilayah operasi patroli dan kapal jenis apa yang bakal dikerahkan.
Pemerintah Filipina menyatakan tindakan memarkir ratusan kapal nelayan China itu adalah bentuk provokasi dan intimidasi.
Sedangkan pemerintah China berdalih kapal-kapal nelayan itu terpaksa diparkir untuk menghindari cuaca buruk.
Wilayah gugus karang itu berada pada jarak 175 mil laut, atau sekitar 324 kilometer dari Kota Bataraza, Provinsi Palawan, Filipina. Pemerintah Filipina menyebut wilayah gugus karang berbentuk bumerang itu dengan nama Julian Felipe.
China dan Filipina kerap berselisih mengenai eksplorasi di Laut China Selatan.
Para nelayan China kerap mengambil ikan di wilayah perairan dekat Filipina, dan terkadang dikawal oleh kapal penjaga pantai.
Filipina menuduh nelayan China menangkap ikan secara berlebihan di perairan itu dan merusak ekosistem bawah laut. Selain itu, ekspansi militer China yang membangun pangkalan militer dengan cara reklamasi di tengah perairan itu dinilai turut mempercepat kerusakan habitat biota laut.
China juga mengklaim menguasai seluruh Laut China Selatan dan tidak mengakui putusan Mahkamah Internasional pada 2016 tentang sengketa itu. Mereka mengklaim berhak atas seluruh wilayah perairan itu berdasarkan klaim sejarah, yakni nenek moyang mereka melaut hingga ke perairan itu.
Kondisi itu membuat situasi di Laut China Selatan saat ini semakin panas dan sangat rawan konflik terbuka. Apalagi kini Amerika Serikat ikut campur dalam perselisihan itu selain sejumlah negara Asia Tenggara yang bersengketa dengan China, yakni Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei Darussalam.[CNN Indonesia]