kip lhok
Beranda / Berita / Dunia / Waduh, Rusia Ancam Hentikan Pasokan Minyak ke Barat

Waduh, Rusia Ancam Hentikan Pasokan Minyak ke Barat

Minggu, 04 Desember 2022 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +


Gambar ilustrasi. [Foto: DW News]

DIALEKSIS.COM | Jakarta - Rusia mengancam untuk berhenti memasok minyak kepada sekutu Barat Ukraina setelah menolak batas harga yang diusulkan sebesar USD60 atau Rp925 ribu per barel. Batasan itu mulai berlaku pada Senin, bersamaan dengan embargo Uni Eropa (UE) terhadap minyak Rusia yang dikirim melalui laut.  

Perwakilan tetap Rusia untuk organisasi internasional di Wina, Mikhail Ulynov, mengecam kesepakatan yang dibuat oleh pendukung Barat Ukraina dan memperingatkan bahwa mereka akan menyesali keputusan tersebut.

"Mulai tahun ini, Eropa akan hidup tanpa minyak Rusia," cuit Ulyanov.

"Moskow telah menjelaskan bahwa mereka tidak akan memasok minyak ke negara-negara yang mendukung pembatasan harga anti-pasar. Tunggu, UE akan segera menuduh Rusia menggunakan minyak sebagai senjata,” sambungnya seperti dilansir dari New York Post, Minggu (4/12/2022).

Sementara itu juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menanggapi secara resmi, tetapi tidak akan menerima batas atas harga yang disepakati oleh Amerika Serikat (AS), Jepang, Kanada, Inggris, Australia, dan Uni Eropa sebagai langkah untuk memotong dana Putin untuk perang di Ukraina.

Sedangkan kantor Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan batas harga yang lebih rendah, dengan mengatakan bahwa kebijakan yang diadopsi oleh UE dan kelompok ekonomi terkemuka G7 tidak cukup jauh.

Di pasar terbuka, minyak mentah Brent, jenis yang paling sering digunakan di Eropa, ditutup pada harga USD85,42 per barel atau sekitar Rp1,3 juta, tetapi minyak Rusia telah dijual sekitar USD60 per barel.

Negara-negara G7 bergabung dengan Australia dan UE dalam mengadopsi batas harga pada hari Jumat setelah perjanjian ditunda oleh Polandia, yang berusaha untuk menurunkan batas lebih lanjut. Belakangan, Polandia memilih untuk mengalah setelah negara lain mengisyaratkan bahwa mereka akan mundur.

“Bersama-sama, G7, Uni Eropa, dan Australia sekarang telah bersama-sama menetapkan batas harga minyak Rusia yang berlayar di laut yang akan membantu kami mencapai tujuan kami untuk membatasi sumber pendapatan utama Putin untuk perang ilegalnya di Ukraina sekaligus menjaga stabilitas pasokan energi global,” kata Menteri Keuangan Janet Yellen.

Yellen menambahkan bahwa plafon harga akan membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sudah menghadapi kenaikan harga energi dan pangan yang diperparah oleh perang di Ukraina.

“Apakah negara-negara ini membeli energi di dalam atau di luar batas, batas tersebut akan memungkinkan mereka untuk menawar diskon yang lebih curam untuk minyak Rusia dan mendapatkan keuntungan dari stabilitas yang lebih besar di pasar energi global,” ujar Yellen.

Jika Rusia-salah satu produsen minyak terbesar dunia dan sumber energi utama bagi Eropa-menghentikan pasokan bahan bakar dari dunia Barat dan sekutunya, hal itu dapat menyebabkan harga gas melonjak di seluruh dunia, termasuk di AS, di mana harga gas yang tinggi telah menjadi masalah berkelanjutan bagi pemerintahan Biden, Bloomberg melaporkan.

Analis JPMorgan Chase memperkirakan satu barel bisa meroket menjadi USD380 (Rp5,8 juta) per barel Pada bulan Oktober, Biden mendesak perusahaan minyak AS untuk meningkatkan produksi guna menurunkan biaya bagi pembeli.

“Anda harus menggunakan keuntungan yang memecahkan rekor ini untuk meningkatkan produksi dan pemurnian,” kata Biden dalam pidatonya di Gedung Putih pada 19 Oktober.

“Berinvestasilah di Amerika untuk rakyat Amerika. Turunkan harga yang Anda kenakan di pompa untuk mencerminkan apa yang Anda bayar untuk produk tersebut," seru Biden.

Biden juga melepaskan 15 juta barel minyak dari Cadangan Minyak Strategis dalam upaya menurunkan harga.(Sindonews)

Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda