WHO Bersiap Dicecer Pertanyaan Jelang Pertemuan Majelis Kesehatan Dunia ke-73
Font: Ukuran: - +
Dirjen WHO Dr Tedros Adhanom. [Salvatore Di Nolfi / Keystone via AP]
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Perwakilan dari 194 negara anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan bertemu secara virtual untuk acara tahunan Majelis Kesehatan Dunia ke-73. Pandemi virus corona akan menjadi topik pembahasan utama.
Berbagai pertanyaan akan diajukan tentang bagaimana virus ini bisa menginfeksi lebih dari 4,5 juta orang, dan membunuh lebih dari 300.000 di seluruh dunia.
Setiap tahun, negara-negara berkumpul di majelis untuk meninjau pekerjaan badan kesehatan PBB itu, dan menetapkan prioritas untuk satu tahun ke depan.
Uni Eropa diperkirakan akan memimpin permintaan internasional, bersama sejumlah negara termasuk Inggris, Australia, dan Selandia Baru, untuk penelahaan tentang bagaimana pandemi Covid-19 telah ditangani dan pelajaran apa saja yang bisa diambil.
Juru bicara Uni Eropa Virginie Battu-Henriksson mengatakan beberapa pertanyaan kunci perlu dijawab sebagai bagian dari proses penelahaan.
"Bagaimana pandemi ini menyebar? Apa epidemiologi di baliknya? Semua ini sangat penting bagi kita untuk melangkah maju. Untuk menghindari pandemi lain seperti ini."
Namun, katanya, sekarang bukan saatnya untuk "saling menyalahkan".
Pada pertemuan tersebut, WHO kemungkinan bakal mendapat banyak tekanan terkait caranya menangani pandemi.
Juru bicara WHO dr. Margaret Harris mengatakan: "Majelis Kesehatan Dunia selalu jadi kesempatan untuk melakukan banyak pengawasan [terhadap WHO]."
Tapi, ia menambahkan, organisasi itu akan tetap "fokus" untuk bekerja dalam memimpin respon keseluruhan, serta dalam sains dan solusi untuk pandemi ini.
Pertarungan geopolitik
WHO seharusnya mewakili kepentingan semua negara anggotanya secara setara, namun kini menemukan dirinya di tengah pertempuran politik antara China dan AS.
Situasi itu memuncak bulan lalu ketika AS - donor tunggal terbesar WHO - menyetop pendanaan ke agensi PBB itu setelah Presiden Trump menuduhnya salah mengelola dan menutup-nutupi penyebaran virus di Cina.
WHO adalah lembaga penasihat dan tidak berwenang untuk mewajibkan atau memaksa suatu negara untuk berbagi informasi.
Majelis juga diperkirakan akan mendengar permintaan untuk menambah wewenang WHO, yang akan memungkinkan pengawas untuk pergi ke negara-negara pada awal wabah, dan melakukan penyelidikan independen.
Devi Sridhar, profesor kesehatan masyarakat global di Universitas Edinburgh, mengatakan: "Tantangan besar dengan wabah adalah tidak ada negara yang ingin memilikinya.
"Setiap negara ingin menyangkal wabah ada di sana, dan setiap negara ingin mengecilkan angka kematian."
Negara-negara saat ini diminta untuk memberi tahu WHO tentang penyakit yang muncul di negara mereka sebagai bagian dari Peraturan Kesehatan Internasional. Wewenang yang diusulkan ini akan memungkinkan mereka melangkah lebih jauh.
Prof Sridhar menambahkan: "Jika WHO dapat mengirim misi internasional yang tugasnya bukan menyalahkan atau menunjuk, tapi benar-benar mengidentifikasi asal mula wabah, dan memberikan saran terbaik kepada negara-negara lain, itu bisa menjadi satu cara positif untuk mencegah wabah."
Para pemimpin kesehatan global akan meminta telaah independen pada respons internasional terhadap pandemi Covid-19 pada pertemuan pekan ini. (BBC Indonesia / VIVAnews)