Akademisi FEB USK: Pedagang Harus Adaptif dengan Era Digital
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizky
Ketua Jurusan Ekonomi FEB USK, Dr. Taufiq C. Dawood. [Foto: Alfi Nora/Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Belanja online atau lebih dikenal online shopping adalah kegiatan berbelanja yang dilakukan secara online dan bisa dilakukan melalui aplikasi atau melalui website. Ketika melakukan kegiatan ini, pembeli yang ingin membeli produk dapat melihat foto atau gambar yang ada di toko online. Dengan kata lain, pembeli tidak bisa memegang produk yang akan dibeli secara langsung.
Adapun perangkat yang dapat digunakan untuk belanja online ini sangat beragam, mulai dari laptop, komputer, handphone, dan tablet. Selain perangkat, pastinya kamu membutuhkan jaringan internet agar bisa mengakses toko online dengan maksimal. Bukan hanya dari website dan aplikasi saja, terkadang belanja online bisa juga dilakukan melalui media sosial.
Saat ini, media sosial yang sering dijadikan untuk media berjualan adalah Instagram. Sudah ada banyak UMKM yang menjual produknya ke masyarakat luas melalui media sosial Instagram dan e-commerce seperti shopee, tokopedia, lazada. Dengan berkembangnya toko online ini menandakan bahwa kegiatan berbelanja tidak harus lagi datang ke toko konvensional. Meskipun begitu, masih tetap ada sebagian orang yang lebih suka berbelanja ke toko konvensional karena bisa berinteraksi langsung dengan penjualnya.
Namun, ada beberapa komentar yang tertera di media sosial bahwa dengan adanya online shopping, penjual lapak atau toko tertentu menjadi sepi. Bahkan, beberapa waktu yang lalu tiktok shop baru saja tutup, artinya penjual online tidak bisa memasarkan produk-produk yang mereka miliki. Terdapat beberapa persepsi, ada yang setuju dan ada banyak yang tidak setuju.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Jurusan Ekonomi FEB USK, Dr. Taufiq C. Dawood mengatakan, memang masyarakat terutama pedagang harus adaptif dengan era digital. Terutama jangan menunggu pembeli itu datang dengan sendirinya tanpa melakukan apapun. Mereka harus terbuka pikirannya untuk membuat inovatif-inovatif lainnya.
Ia juga menyampaikan, jualan online itu kalau tidak punya lapak juga boleh, otomatis untungnya juga akan banyak. Tidak bisa sepihak memutuskan untuk tidak berjualan online, tetapi harus memikirkan apa dampak lainnya juga. Mungkin ada banyak masyarakat yang tidak cukup finansialnya untuk membeli atau menyewa toko.
"Jadi, mereka hanya mengandalkan sosial media atau aplikasi e-commerce lainnya untuk memperjualbelikan produk mereka, bahkan UMKM juga sudah mulai jualan online," ucapnya saat diwawancarai Dialeksis.com, Senin (16/10/2023).
Akan tetapi lanjutnya, sesekali memang ada juga masyarakat yang berpikir kalau belanja online barang yang sampai tidak sesuai dengan yang difoto. Oleh karena itu, masyarakat juga harus punya opsi lain, misalnya membuat video supaya daya tarik pembeli itu lebih menarik.
"Kalau kita tidak melawan zaman, maka kita akan tergilas, pembeli juga kadang memilih jalan praktis, artinya mereka tidak mau desak-desakan di pasar, maka kemudian lebih memilih belanja online," pungkasnya. [AU]