Selasa, 06 Mei 2025
Beranda / Ekonomi / BI: Inflasi IHK Capai 1,95 Persen, Sinergi Pengendalian Terus Diperkuat

BI: Inflasi IHK Capai 1,95 Persen, Sinergi Pengendalian Terus Diperkuat

Senin, 05 Mei 2025 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Ilustrasi. Bank Indonesia menyebut Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2025 tercatat tetap terkendali. Ini mencerminkan keberhasilan sinergi antara kebijakan moneter dan koordinasi lintas sektor dalam menjaga stabilitas harga. [Foto: dok. BI]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2025 tercatat tetap terkendali dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 2,5±1 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi April mencapai 1,17 persen (mtm) atau secara tahunan sebesar 1,95 persen (yoy).

Bank Indonesia menyebut capaian ini mencerminkan keberhasilan sinergi antara kebijakan moneter dan koordinasi lintas sektor dalam menjaga stabilitas harga.

"Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah melalui TPIP dan TPID," kata Ramdan Denny Prakoso, Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (5/5/2025).

Lebih lanjut, Bank Indonesia optimistis inflasi ke depan akan tetap dalam sasaran. "Kami meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1 persen pada 2025 dan 2026," ujar Ramdan.

Inflasi Inti Naik, Didorong Harga Emas dan Mobil

Inflasi inti tercatat naik menjadi 0,31 persen (mtm) pada April 2025, dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 0,24 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi inti mencapai 2,50 persen (yoy).

"Peningkatan inflasi inti utamanya disebabkan oleh naiknya harga emas perhiasan dan mobil, meskipun ekspektasi inflasi secara umum masih terjaga," jelas Ramdan.

Sementara itu, kelompok volatile food mengalami deflasi sebesar 0,04 persen (mtm), berbalik arah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi 1,96 persen.

Deflasi ini terutama disumbang oleh penurunan harga cabai rawit, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Ramdan menyebut peningkatan pasokan dan penurunan biaya input pakan sebagai faktor utama.

"Deflasi volatile food didukung oleh meningkatnya pasokan dan biaya input pakan ternak yang menurun," ujar dia. Secara tahunan, kelompok ini mencatat inflasi sebesar 0,64 persen (yoy).

Kelompok administered prices mengalami inflasi signifikan sebesar 5,21 persen (mtm) pada April, meski menurun dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 6,53 persen. Kenaikan ini dipicu oleh berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik 50% bagi pelanggan rumah tangga kecil.

"Kenaikan tarif listrik menyumbang besar terhadap inflasi administered prices," kata Ramdan. Secara tahunan, kelompok ini mencatat inflasi sebesar 1,25 persen (yoy), setelah sebelumnya mengalami deflasi. [in]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
penghargaan mualem
diskes
hardiknas