DIALEKSIS.COM | Dunia - Pasar saham Nasdaq merekam penurunan signifikan yang belum terlihat sejak 2022, menelan nilai pasar tujuh raksasa teknologi sebesar lebih dari US$750 miliar (Rp12,3 triliun). Kekhawatiran atas perang tarif yang mengguncang sektor teknologi menjadi pemicu utama penurunan tajam saham-saham besar ini.
Apple menjadi yang paling terdampak, dengan penurunan nilai perusahaan mencapai sekitar US$174 miliar (Rp2.800 triliun). Tak mau kalah, Nvidia juga mengalami kerugian besar, kehilangan hampir US$140 miliar (Rp2.200 triliun) serta ditutup dengan penurunan saham sebesar 5%. Saham chip AI ini sudah kehilangan hampir sepertiga nilai pasar dalam dua bulan sejak mencapai rekor tertinggi pada Januari 2025.
Tesla mencatat penurunan harian tertinggi dengan saham yang anjlok hingga 15% pada Senin (10/3), mengakibatkan nilai pasarnya turun sebesar US$130 miliar (Rp2.100 triliun).
Penurunan ini bahkan lebih parah dibandingkan hari terburuk yang pernah terjadi pada 2020. Secara keseluruhan, Microsoft dan Alphabet masing-masing kehilangan nilai pasar sebesar US$98 miliar (Rp1.600 triliun) dan US$95 miliar (Rp1.500 triliun), sedangkan Amazon mengalami penurunan antara US$50 miliar (Rp820 miliar) hingga US$70 miliar (Rp1,1 triliun).
Investor secara masif menjual saham sektor teknologi, mencerminkan kekhawatiran akan dampak perang tarif yang makin terasa. Banyak perusahaan teknologi yang bergantung pada komponen dan proses manufaktur dari luar negeri, sehingga jika dipaksa untuk memindahkan seluruh produksi ke AS, harga jual produk diprediksi akan melonjak tinggi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tersendiri akan kemungkinan resesi di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Tidak hanya perusahaan perangkat konsumen, produsen semikonduktor seperti Nvidia pun turut merasakan imbasnya. Pekan lalu, Trump mengumumkan rencana investasi tambahan dari raksasa Taiwan, TSMC, senilai US$100 miliar untuk mendirikan pabrik manufaktur di AS. Langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi beban tarif dan memperkuat produksi lokal, dengan Trump menyebut TSMC sebagai "raksasa chip paling kuat di dunia" karena komitmennya untuk menggenjot produksi di tanah Amerika.