Ekonomi Aceh Tumbuh 4,82 Persen Triwulan I-2024 Masih Dibawah Nasional, Mengapa?
Font: Ukuran: - +
Reporter : Biyu
Jabal Ali Husin Sab dari Lembaga Saman Strategic Indonesia menilai salah satu belum maksimalnya pertumbuhan ekonomi di Aceh karena masih rendahnya pendapatan per kapita masyarakat. [Foto: Dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Aceh - Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh melaporkan perekonomian daerah tersebut pada triwulan I-2024 tumbuh 4,82 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka pertumbuhan ini sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan ekonomi Aceh akan tumbuh dalam kisaran 4,28-4,78 persen sepanjang tahun 2024.
"Ekonomi Aceh pada triwulan I-2024 dibandingkan dengan triwulan I-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 4,82 persen," kata Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution, dalam keterangan resminya pada Minggu, 6 Mei 2024.
Secara rinci, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Aceh atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2024 mencapai Rp57,56 triliun. Sementara atas dasar harga konstan 2010, nilainya sebesar Rp36,70 triliun. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau secara kuartalan (q-to-q), perekonomian Aceh mengalami kontraksi sebesar 6,44 persen.
Pertumbuhan ekonomi Aceh di triwulan I-2024 masih tertinggal dibandingkan capaian nasional yang mencapai 5,11 persen (yoy).
Menanggapi hal tersebut, Jabal Ali Husin Sab dari Lembaga Saman Strategic Indonesia menilai bahwa rendahnya pendapatan per kapita masyarakat Aceh menjadi penyebab belum maksimalnya pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
"Pertumbuhan ekonomi Aceh seharusnya bisa distimulus dengan hadirnya lebih banyak investasi serta tumbuh dan berkembangnya industri daerah," ujar Jabal dalam analisisnya yang disampaikan kepada Dialeksis.com, Minggu (19/5/2024).
Jabal memberikan contoh kasus di mana salah satu kabupaten di Aceh, yaitu Kabupaten Nagan Raya, mampu berkembang ekonominya di atas rata-rata nasional dengan angka 7,57 persen.
"Faktor Nagan Raya dapat mencapai angka tersebut adalah masifnya industri perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan kelapa sawit berupa pabrik kelapa sawit (PKS)," pungkasnya.
Agar dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi di Aceh, saran Jabal, perlu ada pemerataan pembangunan di setiap kabupaten/kota. Potensi ekonomi di setiap daerah perlu dikembangkan secara bersamaan, agar ekonomi setiap kabupaten/kota dapat tumbuh berbarengan. Sehingga tidak terjadi ketimpangan ekonomi antardaerah.
Sebelumnya, pada 30 November 2023, Deputi Kepala Perwakilan BI Provinsi Aceh, Prabu Dewanto, telah menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi Aceh tahun 2024 berada dalam kisaran angka tersebut. Namun, Prabu juga memperingatkan sejumlah risiko seperti ketidakpastian geopolitik global dan ancaman perubahan iklim berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi Aceh di tahun 2024. [by]