Beranda / Ekonomi / Ekonomi Digital Indonesia Diproyeksikan Tumbuh Pesat hingga Rp5.800 Triliun pada 2030

Ekonomi Digital Indonesia Diproyeksikan Tumbuh Pesat hingga Rp5.800 Triliun pada 2030

Kamis, 01 Agustus 2024 17:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangannya kepada awak media di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, pada Kamis (1/7/2024). [Foto: BPMI Setpres/Kris]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Ekosistem ekonomi dan keuangan digital Indonesia telah mengalami kemajuan pesat dan mampu menjadi lokomotif penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Proyeksi pertumbuhan signifikan ekonomi digital itu bahkan akan berlangsung hingga 2030 mendatang yang mencapai RpRp5.800 triliun.

Hal tersebut tercermin dari beberapa pencapaian Indonesia di tingkat global, seperti kenaikan 11 peringkat pada World Digital Competitiveness Ranking (dari peringkat ke-56 pada 2019 menjadi peringkat ke-45 pada 2023), peringkat ke-6 untuk start-up secara global, memiliki start-up inovatif terbanyak atau peringkat ke-1 di ASEAN, serta memiliki 15 unicorn dan 2 decacorn yang sudah mendunia.

Presiden Joko Widodo yang hadir dalam acara Opening Ceremony Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 pada Kamis (1/8/2024), menegaskan potensi peluang digital Indonesia ke depan, dimana ekonomi digital diproyeksikan tumbuh 4 kali lipat pada 2030 mencapai USD210 hingga USD360 miliar atau Rp5.800 triliun

Pembayaran digital juga diperkirakan tumbuh 2,5 kali lipat pada 2030 mencapai USD760 miliar.

“Jumlah UMKM kita sangat besar, mencapai 64 juta. Digitalisasi UMKM ini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi digital dan pembayaran digital kita. Transformasi digital harus inklusif dan berkeadilan. Masyarakat di pinggiran, lapisan ekonomi bawah, ekonomi mikro, dan UMKM semuanya harus mendapatkan akses dan kesempatan yang sama. Saya minta kepada OJK dan BI untuk meningkatkan perlindungan masyarakat di sektor ekonomi digital,” ujar Presiden Joko Widodo.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, dalam kesempatan yang sama menyampaikan bahwa Indonesia saat ini merupakan negara dengan tujuan investasi digital terbesar kedua di ASEAN, dengan nilai investasi mencapai USD21,97 miliar. “E-commerce Indonesia menyumbang 40 persen pangsa pasar di ASEAN, pada 2023 mencapai USD77 miliar. Bonus demografi dengan 53 persen populasi berkemampuan teknologi menjadi kekuatan kita,” ujar Menko Airlangga.

Dukungan dan fondasi yang kokoh sangat diperlukan untuk memastikan laju lokomotif ekonomi digital tetap stabil dan memberikan manfaat maksimal. Hal ini mencakup infrastruktur digital yang merata, talenta digital yang unggul dan adaptif, dukungan penuh bagi start-up dan UMKM, serta regulasi yang adaptif dan melindungi. Penguatan fondasi juga harus diikuti dengan peningkatan inklusi keuangan guna mendukung ketercapaian target inklusi keuangan.

Berbagai program seperti QR Code Indonesian Standard (QRIS) juga terus didorong melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif, kolaborasi pihak ketiga seperti Program Strive (Mastercard Indonesia) dan Promise 2 Impact (ILO) untuk meningkatkan akses layanan keuangan, serta perluasan literasi keuangan melalui kolaborasi Pemerintah, BI, OJK, dan industri guna mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada 2024.

“Langkah akselerasi digital menjadi fokus untuk inovasi dan investasi ke depan dengan dua hal utama: hilirisasi semikonduktor dan pengembangan ekosistem kecerdasan buatan (AI). Indonesia telah dipilih oleh Amerika dalam Indo Pacific Economic Framework (IPEF) sebagai salah satu dari tujuh negara prioritas untuk ITSI Fund, khusus untuk semikonduktor. Pengembangan ekosistem AI juga akan difokuskan pada peningkatan R&D dan pengembangan teknologi futuristik di beberapa kabupaten yang menjadi zona inovasi,” ungkap Menko Airlangga.

Di akhir 2023, Pemerintah menyelesaikan kebijakan Strategi Nasional Ekonomi Digital 2030 untuk memastikan kontribusi sektor digital terhadap PDB Indonesia terus meningkat, mencapai 20 persen pada 2045. Pada tingkat regional, Indonesia telah mencapai kesepakatan untuk mengembangkan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) guna memajukan digitalisasi dan interoperabilitas.

“DEFA adalah satu-satunya kerjasama ekonomi digital di seluruh dunia. Ini menjadi percontohan di pertemuan ministerial meeting di OECD. Dengan program ini, ekonomi ASEAN yang business as usual adalah USD1 triliun diproyeksikan naik menjadi USD2 triliun. Ekonomi digital Indonesia pada 2030 yang diperkirakan USD360 miliar akan naik menjadi USD600 miliar,” pungkas Menko Airlangga. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda