DIALEKSIS.COM | Jakarta - Industri makanan dan minuman (mamin) terus menunjukkan tajinya sebagai penopang utama ekonomi nasional. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat subsektor ini tumbuh 6,15% pada kuartal II-2025, jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,12%.
"Industri makanan dan minuman tumbuh positif dan konsisten memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB nasional. Ini motor utama penggerak sektor industri pengolahan nonmigas," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Senin (1/9/2025).
Kontribusi industri mamin terhadap PDB industri pengolahan nonmigas pun mencapai 41%. Tak hanya itu, sektor ini juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan terus memperluas pasar ekspor.
Sementara itu, Plt. Dirjen Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika, mengatakan nilai ekspor industri mamin tembus USD18,59 miliar hingga Mei 2025. Dari angka itu, neraca perdagangan mencatat surplus USD13,14 miliar.
"Kinerja ekspor kita luar biasa. Salah satu contohnya, PT URC Indonesia berhasil ekspor 10 kontainer makanan ringan ke Pantai Gading dari Cikarang. Ini membuktikan industri lokal mampu bersaing di pasar global," jelas Putu.
Putu juga membeberkan bahwa investasi di sektor mamin melonjak hingga Rp53,17 triliun pada semester I-2025, terdiri dari PMDN Rp34,19 triliun dan PMA Rp18,97 triliun.
Khusus industri biskuit, Indonesia kini menjadi pemain global dengan kontribusi 3,59% ke pasar dunia. Bahkan pada 2023, nilai ekspor biskuit RI mencapai USD443 juta, naik 4,5% dibanding 2022.
"Industri biskuit terus tumbuh konsisten setiap tahun. Saat ini ada lebih dari 100 perusahaan biskuit di Indonesia, dengan kapasitas terpasang 1,72 juta ton," ungkapnya.
Tak hanya mendorong ekspor, Kemenperin juga menggaungkan penggunaan bahan baku lokal untuk mengurangi ketergantungan impor. Salah satunya lewat promosi penggunaan tepung sagu sebagai alternatif terigu.
"Tepung sagu itu rendah glikemik, cocok untuk pangan fungsional. Ini bisa jadi solusi bahan baku lokal yang sehat dan kompetitif," tambah Putu.
Untuk mendukung transformasi industri mamin, pemerintah menyiapkan beragam insentif seperti tax allowance, super deduction tax untuk riset, pelatihan SDM, hingga program restrukturisasi mesin dan peralatan. [red]