DIALEKSIS.COM | Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) kembali mencatatkan kinerja positif neraca perdagangan perikanan. Sepanjang Januari-Oktober 2025, Indonesia membukukan surplus sebesar USD 4,53 miliar atau tumbuh 2,9% dibandingkan periode sebelumnya, sekaligus mempertahankan posisi sebagai negara net eksportir produk perikanan.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Machmud menjelaskan, surplus tersebut berasal dari nilai ekspor perikanan yang mencapai USD 5,07 miliar, sementara impor tercatat hanya USD 0,54 miliar atau sekitar 10,6% dari total ekspor.
“Tentu kita patut berbangga bahwa Indonesia selalu konsisten menjaga posisi sebagai net eksportir komoditas perikanan,” ujar Machmud dalam keterangan resmi yang diterima pada Senin (22/12/2025).
Dari sisi negara tujuan, ekspor perikanan Indonesia ke Amerika Serikat tercatat tumbuh 2,6% dengan nilai mencapai USD 1,6 miliar. Sementara itu, ekspor ke kawasan ASEAN melonjak 22,7% menjadi USD 811,64 juta, Jepang naik 2,3% menjadi USD 506,28 juta, dan Uni Eropa meningkat 8,3% dengan nilai USD 379,54 juta. Adapun komoditas utama yang mencatatkan kenaikan antara lain udang sebesar 8,6%, tuna-cakalang 2,6%, serta cumi-sotong-gurita 1,9%.
Machmud menyebut peningkatan kinerja ekspor tersebut didorong oleh berbagai langkah strategis KKP, mulai dari penguatan kerja sama regional hingga pemenuhan standar ekspor.
“Alhamdulillah, di tengah dinamika tahun ini ekspor udang tetap meningkat dan ekspor ke pasar AS juga naik,” katanya.
Tak hanya dari sisi perdagangan, KKP juga mencatat pertumbuhan investasi sektor kelautan dan perikanan. Pada triwulan III 2025, realisasi investasi mencapai Rp 7,8 triliun, dengan porsi terbesar berasal dari subsektor pengolahan sebesar 32,26%, disusul budidaya 27,48% dan pemasaran 21,72%.
Selain itu, KKP turut memperkuat peran UMKM sebagai penopang perekonomian sektor ini. Sepanjang 2025, sebanyak 657 UMKM kelautan dan perikanan dikurasi melalui program UMKM naik kelas, serta difasilitasi pembiayaan yang menghasilkan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 4,7 triliun kepada lebih dari 91 ribu debitur.
“Keberadaan UMKM harus terus diperkuat karena menjadi salah satu penopang PDB,” tutup Machmud. [red]