DIALEKSIS.COM | AS - Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang terus meningkat akibat perubahan kebijakan perdagangan internasional, Bank Indonesia (BI) menegaskan perlunya penguatan peran organisasi internasional, khususnya International Monetary Fund (IMF). Penegasan ini disampaikan Gubernur BI, Perry Warjiyo, saat menghadiri rangkaian Pertemuan Musim Semi IMF dan World Bank yang berlangsung pada Selasa-Sabtu (22-26/4/2025) di Washington D.C., Amerika Serikat.
Dalam forum yang juga dihadiri para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara G20, Gubernur Perry menekankan tiga poin utama untuk menjawab tantangan global saat ini.
"Kami memandang IMF harus berperan aktif dan tegas dalam menyuarakan pentingnya sistem perdagangan global yang terbuka. Ini krusial untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas ekonomi dunia," ujar Perry Warjiyo mewakili negara-negara Asia Tenggara dalam International Monetary and Financial Committee (IMFC).
Selain itu, Perry juga menyampaikan bahwa kawasan ASEAN berkomitmen kuat terhadap sistem perdagangan multilateral yang inklusif dan berbasis aturan.
"Kami mendukung langkah IMF dalam memperkuat perdagangan intraregional, diversifikasi pasar ekspor, integrasi pasar modal, serta reformasi struktural yang bisa mendorong permintaan domestik," tambahnya.
Poin ketiga yang disampaikan Bank Indonesia yaitu dukungan terhadap peningkatan kualitas pengawasan IMF melalui kerangka kerja Integrated Policy Framework (IPF). Perry menyatakan bahwa penerapan IPF di Indonesia telah memberikan hasil positif.
"Bauran kebijakan kami terbukti efektif menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi dari gejolak global yang tak terduga," jelasnya.
BI juga menyambut baik upaya IMF dalam memperkuat jaring pengaman keuangan global, termasuk kerja sama dengan Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) dan reformasi kuota IMF agar lebih mencerminkan dinamika ekonomi global.
Sementara itu, Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, yang turut memimpin delegasi Indonesia, terlibat aktif dalam diskusi G20 mengenai isu-isu global. Fokus utama termasuk dampak tarif Amerika Serikat terhadap perekonomian dunia, reformasi Multilateral Development Bank (MDB), serta upaya mendukung pertumbuhan dan produktivitas negara-negara berkembang, khususnya di Afrika.
Pertemuan IMF juga menghasilkan Global Policy Agenda yang menekankan pentingnya penyelesaian ketegangan dagang global; penguatan stabilitas fiskal dan moneter; dan dorongan reformasi struktural jangka panjang.[in]