Rabu, 22 Oktober 2025
Beranda / Ekonomi / Gila! Harga Emas di Banda Aceh Tembus Rp7,6 Juta per Mayam

Gila! Harga Emas di Banda Aceh Tembus Rp7,6 Juta per Mayam

Selasa, 21 Oktober 2025 13:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Suasana toko emas di Pasar Aceh pada Selasa, 21 Oktober 2025. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga emas di Pasar Aceh kembali mencetak rekor baru. Pada Selasa (21/10/2025), harga logam mulia tersebut menembus angka Rp 7.600.000 per mayam (sudah termasuk ongkos pembuatan maksimal), menandai lonjakan signifikan dalam sepekan terakhir.

“Sekarang berada di angka Rp 7.450.000 per mayam belum termasuk ongkos. Kalau ditambah ongkos pembuatan, berkisar antara Rp 150.000 hingga Rp 250.000 per mayam, tergantung tingkat kerumitannya,” ujar Daffa, salah seorang pedagang emas di kawasan Pasar Aceh, kepada Dialeksis.com, Selasa (21/10/2025).

Menurutnya, lonjakan harga emas kali ini cukup terasa bagi para pedagang maupun pembeli. “Kenaikan kali ini cukup tajam. Salah satu pemicunya adalah meningkatnya minat investasi emas dari China dan sejumlah investor global. Saat ini mereka sedang gencar membeli emas dalam jumlah besar,” jelasnya.

Dari catatan pedagang, harga emas di Pasar Aceh menunjukkan tren kenaikan sejak pertengahan Oktober.

Pada Selasa, 14 Oktober 2025, harga emas masih berada di level Rp 7.150.000 per mayam (belum termasuk ongkos).

Sehari kemudian, Rabu (15/10), naik menjadi Rp 7.350.000, kemudian sempat terkoreksi tipis Rp 30.000 ke posisi Rp 7.320.000 pada Kamis (16/10). Namun, pada Jumat (17/10), harga kembali melonjak Rp 220.000, menembus Rp 7.550.000 per mayam.

“Kalau dihitung-hitung, dalam tiga hari terakhir terjadi kenaikan sekitar Rp 220.000 per mayam. Ini cukup tinggi kalau dibandingkan dengan rata-rata pergerakan mingguan sebelumnya,” ujar Daffa.

Kenaikan harga emas lokal di Aceh disebut-sebut berkorelasi kuat dengan kondisi pasar internasional. Dalam beberapa bulan terakhir, harga emas dunia bergerak naik akibat meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dan melemahnya nilai dolar Amerika Serikat.

Investor besar dari China, Timur Tengah, hingga Eropa memilih mengalihkan portofolio mereka ke logam mulia sebagai aset lindung nilai.

“Permintaan global meningkat tajam, terutama dari kawasan Asia. Itu yang membuat harga emas di Indonesia, termasuk di Aceh, ikut merangkak naik,” terang Daffa.

Meskipun harga naik, minat masyarakat Aceh terhadap emas belum sepenuhnya surut. Daffa mengatakan, sebagian besar pembeli kini lebih berhati-hati dan memilih menunggu momentum stabil sebelum membeli dalam jumlah besar.

 “Kalau pembeli kecil tetap ada, misalnya yang beli untuk cincin, gelang, atau mas kawin. Tapi pembeli untuk investasi besar agak menahan diri,” katanya.

Ia juga menilai, kenaikan harga emas justru memperkuat persepsi masyarakat bahwa emas adalah instrumen investasi yang tahan inflasi.

“Banyak orang Aceh percaya emas itu paling aman. Walau naik-turun, nilainya tidak pernah jatuh seperti aset lain,” tutup Daffa. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI