Beranda / Ekonomi / Harga Kopi Global Meroket, Pasokan Terhambat, Pakar: Produksi Terancam, Industri Harus Waspada

Harga Kopi Global Meroket, Pasokan Terhambat, Pakar: Produksi Terancam, Industri Harus Waspada

Minggu, 02 Februari 2025 12:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Prof. Dr. Ir. Abubakar, MS, Ahli Kopi dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Foto: Dok USK


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga kopi global terus mencatatkan lonjakan signifikan. Pada 30 Januari 2025, harga kopi arabika di bursa ICE mencapai rekor tertinggi hampir $4 per pon, dengan kenaikan 1,9% dalam sehari dan lebih dari 15% sejak awal tahun.

Dampaknya, roaster besar seperti Nestlé dan JDE Peet’s menghadapi kekurangan pasokan dan terpaksa membeli lebih banyak, sementara spekulan tetap optimistis. Stok arabika bersertifikat di ICE tercatat turun drastis hampir 100.000 kantong menjadi sekitar 900.000 kantong, menunjukkan ketatnya pasokan.

Menurut Prof. Dr. Ir. Abubakar, MS, Ahli Kopi dan Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, lonjakan harga ini merupakan indikasi dari semakin ketatnya pasar kopi global.

"Kondisi ini disebabkan oleh penurunan stok, gangguan cuaca, dan kebijakan penahanan pasokan oleh petani. Meskipun beberapa produsen mungkin diuntungkan dalam jangka pendek, ketidakpastian ini berisiko mengganggu kestabilan pasar kopi dalam jangka panjang," ujarnya kepada Dialeksis.com, Minggu (2/1/2025).

Harga kopi global yang terus meroket menunjukkan dampak yang besar pada industri kopi secara keseluruhan. Keadaan ini bukan hanya menjadi tantangan bagi perusahaan besar, tetapi juga membawa dampak langsung kepada petani kopi, yang semakin tertekan dengan ketidakpastian cuaca dan harga. Selain itu, spekulan yang berperan aktif di pasar bisa memperburuk situasi, karena dapat memperburuk kelangkaan pasokan dalam jangka panjang.

Ia lanjut menjelaskan, bahwa di Brasil, meskipun ada harapan setelah curah hujan beberapa bulan lalu, prakiraan cuaca terbaru menunjukkan curah hujan yang lebih rendah dan suhu yang semakin tinggi, yang kembali menambah kekhawatiran tentang produksi kopi global. Sementara itu, di Vietnam, petani kopi robusta memilih menahan penjualan dengan harapan harga terus naik, menyebabkan pelambatan dalam perdagangan dan pengiriman menjelang Tahun Baru Imlek.

Prof Abubakar juga mengingatkan, "Bagi roaster besar seperti Nestlé dan JDE Peet’s, tantangan utama adalah bagaimana mengamankan pasokan kopi di tengah ketidakpastian ini. Meskipun spekulan melihat peluang, keberlanjutan produksi dan stabilitas harga harus tetap menjadi perhatian utama, baik untuk petani maupun industri kopi secara keseluruhan." Ungkapnya. 

Di penutup komentarnya Prof Abubakar menerangkan, bahwa kenaikan harga kopi ini juga mempengaruhi pasar domestik, terutama bagi roaster lokal yang kesulitan menyesuaikan harga dengan permintaan yang terus meningkat. Jika kondisi ini berlanjut, produksi kopi di berbagai negara penghasil kopi utama seperti Brasil dan Vietnam berisiko menurun, yang tentunya akan memperburuk kekurangan pasokan. 

“Oleh karena itu, penting bagi seluruh pihak dalam industri kopi untuk bekerja sama dalam mencari solusi agar pasar kopi tetap stabil, dan produksi tetap terjaga demi keberlanjutan sektor ini,” pungkasnya.

Petani juga diingatkan untuk mengantisipasi peluang yang ada dengan merawat kebunnya dengan baik, meningkatkan produksi dengan cara mengantisipasi perubahan iklim, serta melakukan pemupukan yang sesuai dengan standar yang dipersyaratkan oleh pembeli. 

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI