Beranda / Ekonomi / Harga Kopi Meroket, Ketua ISMI Aceh: Petani Jangan Hanya Jadi Penonton

Harga Kopi Meroket, Ketua ISMI Aceh: Petani Jangan Hanya Jadi Penonton

Senin, 03 Februari 2025 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis, SP, MP. Foto: for Dialeksis.com


DIALEKSIS.COM | Aceh - Harga kopi arabika di pasar global terus melonjak. Pada 30 Januari 2025, harga di bursa ICE nyaris menembus $4 per pon, naik 1,9 persen dalam sehari dan lebih dari 15 persen sejak awal tahun. Lonjakan ini membuat raksasa industri seperti Nestlé dan JDE Peet’s kelimpungan menghadapi keterbatasan pasokan.

Merespon kondisi tersebut, Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis, SP, MP., menilai fenomena ini seharusnya menguntungkan petani kopi Aceh. Namun, kenyataannya mereka masih belum merasakan dampaknya secara signifikan.

“Harga global naik, tapi apakah petani kita menikmati lonjakan ini? Tidak sepenuhnya. Rantai pasok yang panjang, dominasi tengkulak, dan minimnya akses pasar membuat petani tetap dalam posisi lemah,” kata Nurchalis, Senin (03/01/2025).

Aceh dikenal sebagai produsen kopi berkualitas tinggi, terutama Gayo Arabica, yang laris di pasar ekspor. Namun, menurut Nurchalis, harga tinggi di tingkat global belum berbanding lurus dengan kesejahteraan petani.

“Saat harga turun, petani yang paling terdampak. Tapi saat harga naik, keuntungan justru dinikmati pihak lain. Ini yang harus dibenahi,” ujarnya.

Nurchalis menyoroti ketergantungan petani pada perantara dan eksportir besar yang mengendalikan harga. Selain itu, minimnya akses terhadap perdagangan langsung (direct trade) dan hilirisasi produk membuat petani sulit mendapat harga optimal.

Agar petani kopi Aceh tak sekadar jadi penonton, Nurchalis menawarkan tiga langkah konkret:

1. Perkuat Hilirisasi

o Dorong petani memproduksi kopi olahan sendiri untuk meningkatkan nilai tambah.

o Bangun industri roasting dan packaging di daerah produksi agar tak hanya bergantung pada ekspor bahan mentah.

2. Perkuat Koperasi, Putus Rantai Tengkulak

o Koperasi harus menjadi pemain utama dalam penentuan harga.

o Pemerintah perlu menyiapkan skema pembiayaan murah agar petani tidak bergantung pada tengkulak.

3. Perluas Akses Pasar Global

o Petani harus bisa menjual langsung ke pembeli luar negeri dengan skema direct trade.

o Manfaatkan e-commerce dan platform ekspor digital agar harga yang diterima lebih kompetitif.

“Kalau hanya mengandalkan pola lama, kita hanya jadi penonton. Lonjakan harga kopi global ini peluang besar, tapi hanya bisa dimanfaatkan jika petani diberi akses lebih luas ke pasar,” kata Nurchalis.

“Jika tidak ada perubahan dalam ekosistem perdagangan kopi, menurutnya, petani tetap akan berada di posisi paling rentan dalam rantai pasok global,” tutupnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI