Selasa, 16 September 2025
Beranda / Ekonomi / Harga Udang Vaname Anjlok, Pemerintah Aceh Berupaya Cari Pasar Alternatif

Harga Udang Vaname Anjlok, Pemerintah Aceh Berupaya Cari Pasar Alternatif

Senin, 15 September 2025 23:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Aliman. Foto: for Dialeksis 


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ribuan petambak udang vaname di Aceh kini terjerat krisis harga. Sejak awal Agustus 2025, harga komoditas ekspor unggulan ini anjlok tajam akibat penghentian sementara ekspor udang beku Indonesia ke Amerika Serikat. Akibatnya, rantai distribusi terganggu, pasar lesu, dan petambak di pesisir Aceh terancam merugi besar.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Aliman, menjelaskan penolakan ekspor oleh Amerika dipicu tudingan kandungan radioaktif pada udang Indonesia. Namun, setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata udang yang ditolak bukan berasal dari Sumatera, apalagi Aceh, melainkan dari wilayah sekitar Pulau Jawa.

“Cuma karena ekspornya atas nama Indonesia, semua terkena dampaknya, termasuk Aceh,” kata Aliman saat diwawancarai Dialeksis, Senin. 

Pihaknya, kata Aliman, telah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk mencari solusi. Pemerintah pusat saat ini disebut sedang melakukan komunikasi dan lobi dengan pemerintah Amerika.

Sambil menunggu hasil lobi, DKP Aceh sedang memetakan kolam-kolam tambak yang akan segera panen. Langkah ini dilakukan agar data produksi bisa disinkronkan dengan KKP sekaligus mencari alternatif pasar.

“Kita berupaya mencari peluang pasar lokal agar udang tidak terlalu lama di tambak. Kalau kelamaan, biaya pakan akan membengkak. Karena itu, kita juga sedang coba kerja sama dengan balai pengujian mutu, balai perikanan, restoran, dan hotel-hotel. Bahkan, kita akan libatkan dinas pariwisata dan perdagangan untuk membuka jalur pemasaran,” jelasnya.

Selain itu, Aliman mengungkapkan selama ini Aceh belum memiliki jalur ekspor langsung ke luar negeri. Eksportir terdekat berada di Medan, Sumatera Utara. Karena itu, pemerintah Aceh sedang mengupayakan pembukaan jalur pelayaran langsung dari Pelabuhan Krueng Geukuh, menuju Penang, Malaysia.

“Ini salah satu peluang kita. Kadis Perhubungan menyampaikan sedang diupayakan, kemungkinan akhir tahun ini bisa terealisasi. Jika jalur ini terbuka, ekspor udang Aceh bisa dilakukan langsung melalui Krueng Geukuh,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, Zamakhsyari, petambak udang vaname asal Aceh Utara, mengungkapkan keresahannya. Menurut dia, selama lebih dari sebulan terakhir para petambak sudah berada dalam situasi panik karena hasil panen sulit terserap pasar.

“Pabrik besar di Medan tidak lagi menerima panen kami. Hanya ada satu pabrik lain dengan kapasitas terbatas yang masih membeli. Situasi ini dimanfaatkan agen-agen penampung untuk menekan harga jauh di bawah standar,” ujarnya kepada Dialeksis, Senin, 15 September 2025.

Perbedaan harga di Medan dan Aceh semakin memperparah keadaan. Berdasarkan data harga Medan tanggal 10 Agustus 2025, udang ukuran 30 ekor per kilogram tercatat Rp74.000/kg. Namun, penampung di Aceh hanya berani membeli Rp58.000-Rp60.000/kg. 

Di tingkat tambak, penurunan lebih tajam, berkisar Rp14.000 hingga Rp17.000 per kilogram.

“Dengan kondisi ini, mustahil petambak memperoleh keuntungan. Justru kami menanggung kerugian besar yang mengancam kelangsungan usaha,” kata Zamakhsyari.

Salah satu solusi yang diusulkan Zamakhsyari adalah membuka jalur ekspor langsung melalui Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara. 

“Kita minta pemerintah membuka ekspor udang vaname lewat Krueng Geukueh. Jangan bergantung pada Medan. Kalau jalur ekspor dibuka di Aceh, uang beredar juga akan lebih banyak masuk ke daerah ini,” ujarnya.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

perkim, bpka, Sekwan
riset-JSI
sekwan - polda
bpka - maulid