Jejak Habibie: Kisah Pemulihan Rupiah di Tengah Badai Krisis
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi infografis Bacharuddin Jusuf Habibie mampu menurunkan nilai dollar menjadi rendah. Foto: net
DIALEKSIS.COM | Jakarta - Di tengah gejolak nilai tukar rupiah yang kini menembus level Rp16.400 per dolar AS, ingatan kolektif bangsa Indonesia kembali tertuju pada sosok visioner yang pernah menyelamatkan mata uang Garuda dari jurang kehancuran: Bacharuddin Jusuf Habibie.
Seperti déjà vu, pelemahan rupiah saat ini mengingatkan kita pada krisis moneter 1998. Namun, di balik kelamnya kenangan itu, tersimpan kisah inspiratif tentang bagaimana seorang pemimpin mampu membalikkan keadaan dalam waktu singkat.
Habibie, yang "ketiban sampur" memimpin republik di tengah kekacauan multidimensi, justru mencatatkan prestasi fenomenal. Dalam masa kepemimpinannya yang hanya 17 bulan, ia berhasil menyulap nilai tukar rupiah dari titik nadir Rp16.800 menjadi Rp7.385 per dolar AS - sebuah penguatan drastis sebesar 34%.
Tak banyak yang tahu, bahwa di balik kesuksesan ini terhampar rangkaian kebijakan strategis yang diambil Habibie dengan penuh perhitungan. Salah satu langkah krusialnya adalah meluncurkan paket restrukturisasi perbankan pada 21 Agustus 1998. Kebijakan ini bak obat mujarab yang mampu menghentikan pendarahan sektor keuangan akibat fenomena bank rush yang melanda sejak 1997.
Lebih jauh lagi, Habibie mengambil keputusan monumental untuk memisahkan Bank Indonesia dari pemerintah. Langkah berani ini tidak hanya melahirkan lembaga independen yang kredibel, tetapi juga menjadi fondasi bagi kewenangan stabilisasi rupiah yang kini dimiliki BI.
"Habibie mampu meyakinkan pasar global dan menjinakkan tekanan atas rupiah, bahkan tanpa intervensi BI yang kala itu belum memiliki kewenangan untuk itu," ujar seorang pengamat ekonomi senior kepada Tempo.
Puncak dari rangkaian kebijakan ini adalah penguatan rupiah yang spektakuler. Pada 28 Juni 1999, rupiah bahkan menyentuh level 6.550 per dolar AS - rekor terkuat pasca krisis 1997 yang hingga kini belum terpecahkan.
Kisah sukses Habibie ini menjadi cermin berharga bagi para pengambil kebijakan saat ini. Di tengah gejolak nilai tukar yang kembali menghantui, ada pelajaran tak ternilai yang bisa dipetik dari warisan kebijakan sang teknokrat.
"Kita perlu kembali pada semangat Habibie: keberanian mengambil kebijakan, ketegasan dalam implementasi, dan visi yang jauh ke depan," tambah pengamat tersebut.
Sementara rupiah terus bergulat dengan tekanan global, kisah Habibie menjadi pengingat bahwa dalam setiap krisis, selalu ada peluang untuk bangkit. Tinggal bagaimana kita, sebagai bangsa, mampu menerjemahkan warisan kebijaksanaan itu dalam konteks tantangan ekonomi kontemporer.