Kabar Terkini Harga Minyak Nabati Dunia dan CPO
Font: Ukuran: - +
Ilustrasi kenaikan harga minyak nabati. Foto: Alenia.id
DIALEKSIS.COM | Dunia - Indeks Harga Minyak Nabati yang dirilis Food and Agriculture Organization atau FAO mencapai rata-rata 129,8 poin pada Juli 2023. Indeks tersebut naik 14,0 poin atau 12,1 persen dari Juni 2023.
"Kenaikan tersebut merupakan yang pertama kalinya setelah sebelumnya turun tujuh bulan berturut-turut" tulis laporan FAO dikutip Minggu (6/8).
Hampir semua jenis minyak nabati mengalami kenaikan harga seperti minyak bunga matahari, kedelai, dan rapeseed. Harga minyak bunga matahari dunia naik lebih dari 15 persen didukung oleh ketidakpastian seputar pasokan ekspor dari wilayah Laut Hitam.
Terganggunya pasokan tersebut terjadi setelah Rusia mundur dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative. Sebagai informasi, Black Sea Grain Initiative merupakan perjanjian yang menjamin Ukraina untuk memasok ekspor biji-bijian dengan aman selama perang dengan Rusia.
Namun demikian, perjanjian tersebut berakhir dan Rusia enggan memperpanjang kesepakatan tersebut. Rusia dan Ukraina merupakan produsen utama biji-bijian dunia, termasuk gandum, biji bunga matahari, dan jagung.
Sementara harga minyak kedelai dan rapeseed naik karena kekhawatiran yang terus berlanjut atas prospek produksi kedelai di Amerika Serikat dan rapeseed di Kanada.
Harga CPO
Harga CPO juga terdongkrak imbas kenaikan harga minyak nabati dunia. Harga CPO di bursa komoditas Rotterdam berada di level US$ 960 per metrik ton pada penutupan perdagangan Jumat (4/8) waktu setempat.
Dikutip dari investing.com, harga tersebut naik 1,59% dibanding penutupan Kamis, 03 Agustus 2023 yang diperdagangkan US$ 945 per metrik ton. Sementara bila dibandingkan 30 hari sebelumnya, harga CPO di bursa komoditas Rotterdam telah mengalami kenaikan 3,23%.
Namun demikian, harga CPO masih jauh lebih rendah dibandingkan posisi akhir tahun lalu yang masih berada di level US$ 1.305 per ton. Dengan demikian, harga minyak sawit anjlok -26,44% (Year to Date/YTD).
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, Eddy Martono, mengatakan harga CPO berpotensi naik setelah Rusia mundur dari Black Sea Grain Initiative. Berkurangnya pasokan biji-bijian dunia menyebabkan suplai minyak nabati merosot.
Kondisi tersebut bisa menyebabkan harga minyak nabati naik, termasuk harga CPO. "Ini seharusnya juga akan meningkatkan permintaan minyak sawit Indonesia naik," ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (21/7). [katadata]