DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Meski angka kemiskinan di Aceh telah menurun drastis dalam 20 tahun pasca perdamaian, namun tingkat kemiskinan di provinsi ini masih berada di atas rata - rata nasional. Menanggapi kondisi tersebut, Direktur Eksekutif Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh, Teuku Jailani Jacob, menekankan pentingnya arah pembangunan yang jelas, dengan fokus pada penguatan sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan modal berbasis potensi lokal.
Menurutnya, pembangunan Aceh ke depan harus memiliki visi jangka menengah dan panjang yang konkret. “Pertanyaannya bukan hanya berapa persen kemiskinan bisa ditekan, tetapi ke arah mana pembangunan ini dibawa dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, serta bagaimana misi itu dilaksanakan,” ujarnya kepada Dialeksis saat dihubungi, Selasa 19 Agusustu 2025.
Jailani menuturkan, sektor pertanian dan subsektornya perkebunan, perikanan, dan peternakan masih menjadi tulang punggung ekonomi Aceh. Data menunjukkan kontribusi sektor ini mencapai sekitar 32 persen terhadap struktur ekonomi daerah.
“Jika ingin menurunkan kemiskinan secara signifikan, maka kuncinya adalah memperkuat SDM di sektor pertanian, terutama dalam aspek pengolahan dan peningkatan nilai tambah. Tanpa penguatan SDM, sektor ini tidak akan optimal memberi kontribusi bagi pengurangan kemiskinan,” tegasnya.
Selain penguatan SDM, ia menekankan pentingnya desain anggaran, pendanaan, serta skema investasi yang tepat. Menurutnya, program pembangunan harus berbasis pada potensi lokal, sehingga dana yang digelontorkan tidak sekadar habis pada proyek jangka pendek, melainkan mampu membangun ekosistem ekonomi yang berkelanjutan.
“Pembangunan infrastruktur yang mendukung ekosistem pertanian mulai dari irigasi, jalan produksi, gudang penyimpanan, hingga pasar modern akan memperkuat rantai nilai. Dengan begitu, petani tidak hanya menjual hasil mentah, tetapi juga mampu menghadirkan produk olahan yang punya daya saing,” jelasnya.
Jailani juga menambahkan bahwa penguatan SDM sektor pertanian akan membuka peluang kerja baru sekaligus meningkatkan nilai tambah produk.
“Ini yang akan memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan angka kemiskinan. Ketika petani bisa mengolah hasil bumi menjadi produk olahan, maka lapangan kerja akan terbuka luas, dan nilai ekonomi masyarakat meningkat,” katanya.
Ia menilai, sudah saatnya pembangunan di Aceh bergeser dari pendekatan konsumtif ke arah produktif. “Aceh punya sumber daya alam yang melimpah, tetapi jika tidak dikelola dengan SDM yang mumpuni dan dukungan infrastruktur memadai, maka hasilnya tidak akan optimal. Ke depan, penguatan SDM berbasis potensi lokal adalah strategi paling realistis untuk menekan angka kemiskinan,” tutup Jailani.