Keberhasilan ARC USK Memajukan Industri Nilam Aceh, Simak!
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Dr. Syaifullah Muhammad, Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) sekaligus Ketua Badan Pengembangan Bisnis Universitas Syiah Kuala. Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Aceh - Untuk mengetahui perkembangan industri nilam di Aceh sekaligus kemajuan bisnis industri nilam, Dialeksis menghubungi Dr. Syaifullah Muhammad, Kepala ARC-PUIPT Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) sekaligus Ketua Badan Pengembangan Bisnis Universitas Syiah Kuala.
Menurut Dr. Syaifullah, industri nilam Aceh saat ini semakin berkembang pesat. "Dari awalnya hanya empat kabupaten yang menanam nilam, kini sudah ada 17 kabupaten yang kembali menanam nilam. Harga minyak nilam (Crude Patchouli) di tingkat petani juga semakin baik, mencapai Rp. 1,2 sampai Rp. 1,3 juta per kilogram," ujar Dr. Syaifullah kepada Dialeksis.com (25/06/2024).
USK turut mendukung petani dan penyuling nilam dalam aspek pembibitan, budidaya, penyulingan, dan pemasaran.
"USK tidak terlibat langsung dalam usaha budidaya dan penyulingan karena itu merupakan wilayah masyarakat, sehingga pendapatan bisa langsung dirasakan oleh petani dan penyuling," jelasnya.
Selain itu, USK melakukan purifikasi minyak nilam dengan teknologi molecular distillation dan fractionation untuk meningkatkan kualitas nilam menjadi hi-grade patchouli. Produk ini kemudian diformulasikan menjadi berbagai produk turunan seperti parfum, skin care, minyak medis, dan toiletries.
USK juga berperan aktif dalam transfer teknologi dan pengembangan masyarakat (community development) kepada masyarakat dan UMKM.
"Kami membantu mereka mengembangkan usaha dari budidaya, penyulingan, hingga produk turunan," tambahnya.
USK menjalin berbagai kemitraan dengan pemerintah, BUMN seperti BSI dan Pegadaian, serta NGO internasional seperti ILO (International Labour Organization) untuk mendukung industri nilam masyarakat.
"Kami juga bekerja sama dengan Kementerian Koperasi, Kemendikbudristek, BRIN, Kemendag, dan BIN untuk mengembangkan ekosistem industri nilam di Aceh bagi petani, penyuling, anak-anak muda, dan UMKM," ujar Dr. Syaifullah.
USK telah melakukan komersialisasi produk inovasi turunan nilam melalui rumah produksi berstandar BPOM yang dijual secara online, melalui distributor, reseller, dan USK Store.
"Kami terus mengembangkan ekosistem riset, inovasi, pengembangan komunitas, serta pasar nasional dan internasional," ujarnya.
ARC USK juga telah menjalin kolaborasi dengan lembaga riset internasional, seperti Fraunhofer Jerman, untuk mengembangkan produk skincare dan kosmetika berbasis minyak nilam.
"Kami juga meningkatkan kerja sama dengan Dewan Atsiri Indonesia melalui berbagai program capacity building dan bisnis, serta berupaya menjadi pusat riset dengan reputasi internasional, khususnya dalam riset dan inovasi nilam," jelasnya.
Pada tahun 2019, USK melalui ARC, telah menjadi pusat unggulan IPTEK bertaraf nasional dan menjadi center of excellence nilam (patchouli) satu-satunya di Indonesia. ARC juga menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi swasta nasional, seperti baru-baru ini menandatangani kerja sama dalam pengembangan produk inovasi dengan holding company BLST IPB.
"Potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh ARC membuka peluang kolaborasi dengan berbagai institusi baik dari unsur pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media," tambahnya.
Informasi lainnya ARC setiap tahun memberikan penghargaan kepada stakeholder pentahelix dari kalangan perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media yang berjasa dalam pengembangan ekosistem industri nilam, khususnya di Aceh.