kip lhok
Beranda / Ekonomi / Mengecap Eksotisme Aceh dengan Sentuhan Modern di Lampoh Coffee and Resto

Mengecap Eksotisme Aceh dengan Sentuhan Modern di Lampoh Coffee and Resto

Rabu, 10 Juli 2024 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Ratnalia

Owner Dialeksis bersama Ismuhadi pemilik Lampoh Coffee and Resto.


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Jika Anda pecinta kuliner yang ingin merasakan citra rasa masakan Aceh dipadukan dengan masakan khas Barat, pilihan tepat ada di Lampoh Coffee and Resto. Restoran ini telah memiliki banyak cabang di Pamulang, Bekasi, Bintaro, Jakarta Selatan, dan BSD Tangerang Selatan.

Mendengar kabar tentang restoran ini, pemilik Dialeksis.com, Aryos Nivada, ingin memastikan kebenaran informasi yang beredar bahwa menu yang ditawarkan memiliki citra rasa yang enak. Ketika tiba di Jakarta pada Rabu (10/07/2024), ia langsung menuju ke salah satu cabang Lampoh Coffee and Resto di daerah Bintaro.

Setibanya di sana, Aryos disambut dengan keramahan para pelayan. Begitu masuk ke ruangan, ia terkesima dengan interior yang berkelas dan mewah. Desain yang menarik membuat mata nyaman, menciptakan suasana yang santai dan nyaman.

Saat membaca menu, terlihat berbagai masakan khas Aceh seperti mie tenderloin, nasi goreng, dan camilan khas dari bumi Serambi Mekkah. Menu yang disajikan tidak hanya menyasar orang Aceh di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat saja. Agar Lampoh Coffee and Resto menjadi magnet bagi penikmat kuliner dan memanjakan lidah, disajikan pula menu Indonesia seperti iga bakar, rendang, sate, dan masih banyak lagi.

Selain menargetkan segmen penikmat kuliner orang Aceh dan masyarakat umum, ternyata Lampoh juga menyajikan menu Barat (Western) seperti burger dan steak, serta beberapa menu Jepang. Tak ketinggalan, kopi khas Aceh menjadi primadona bagi para penikmat kopi lintas kalangan.

Dengan konsep penyajian kombinasi menu yang beragam, restoran ini menjadi pilihan tepat, berkelas, unik, serta berkesan dengan hidangan lezat dan suasana nyaman. Meskipun demikian, harganya tidak terlalu mahal. Banyak pengunjung dari kalangan mahasiswa dan anak sekolah yang mencoba menu dan kopi khas Aceh.



Tafsir, seorang mahasiswa dari salah satu universitas di daerah Jakarta Selatan menyampaikan, "Harga yang ditawarkan Lampoh sangat terjangkau bagi kami mahasiswa." Bahkan ia menghargai Lampoh karena menu yang dihadirkan tetap memberikan rasa bintang lima dengan harga terjangkau.

Tak disangka, saat berkunjung, Aryos bertemu langsung dengan pemilik Lampoh Coffee and Resto, yakni Edi Sabri dan Teuku Ismuhadi. Keduanya merupakan ujung tombak yang membesarkan brand Lampoh di berbagai wilayah di Indonesia.

Ismuhadi mulai bercerita sambil menyeruput kopi khas Aceh. Ia berbagi kisah inspiratif tentang kesuksesan membangun dan mengembangkan Lampoh Coffee and Resto. "Tujuan saya membuat bisnis kuliner ini adalah untuk memuliakan masakan Aceh, termasuk kopi khas Aceh, di mata masyarakat Indonesia," ungkapnya kepada Aryos.

Menurut Ismuhadi, selain menawarkan menu dan kopi khas Aceh, fasilitas yang diberikan kepada penikmat kuliner Lampoh wajib dilengkapi, seperti ruang ibadah bagi umat Muslim, lahan parkir, dan musik yang menenangkan.

Selama enam tahun berdiri, Lampoh telah mengalami pasang surut. Ismuhadi menekankan bahwa dibutuhkan totalitas dan semangat agar tetap fokus sehingga bisa berhasil seperti saat ini.

Keberhasilan Ismuhadi telah mampu menampung 100 karyawan di lima cabang Lampoh Coffee and Resto. Bahkan, dengan mulia hatinya, Ismuhadi memberikan santunan berkala kepada anak yatim di sekitar lingkungan tempat usaha.

Tak berhenti di situ, perhatian Ismuhadi terhadap UMKM Aceh ditunjukkan dengan rencana pembuatan rak pajangan produk UMKM Aceh. "Sudah ada data 3 produk: ambon keumamah, udang bileh crispy, dan serundeng teri kacang khas Aceh," informasi Ismuhadi.

"Semua produk UMKM Aceh yang dipajang di Lampoh tidak dipungut biaya dan kami bantu membesarkan usaha mereka," tegasnya.

Yang membuat Aryos tersentuh adalah lukisan petani Gayo di sudut luar Lampoh Bintaro. Ketika ditanyakan langsung ke Ismuhadi, ia menjawab, "Saya sangat menyayangi petani kopi di dataran Gayo. Tidak hanya membeli kopinya, saya wujudkan kecintaan saya kepada petani kopi dengan membuat lukisan ini."

Di akhir pertemuan bersama Aryos, Ismuhadi menitipkan pesan agar mencintai dan melestarikan masakan khas Aceh serta memajukan industri kopi Aceh hingga terkenal dan membumi di seluruh Indonesia dan dunia internasional.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda