Minggu, 20 Juli 2025
Beranda / Ekonomi / Menperin Tegaskan Tak Ada Deindustrialisasi, Ekspor Manufaktur Capai USD196,5 Miliar

Menperin Tegaskan Tak Ada Deindustrialisasi, Ekspor Manufaktur Capai USD196,5 Miliar

Minggu, 20 Juli 2025 10:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Indri

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa Indonesia tidak mengalami deindustrialisasi. Hal ini dibuktikan dengan kinerja kuat sektor manufaktur yang tetap menjadi kontributor utama ekspor nasional. [Foto: dok. Kemenperin]


DIALEKSIS.COM | Jakarta - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa Indonesia tidak mengalami deindustrialisasi. Hal ini dibuktikan dengan kinerja kuat sektor manufaktur yang tetap menjadi kontributor utama ekspor nasional.

Ekspor industri manufaktur kita sepanjang 2024 mencapai USD196,5 miliar atau 74,25% dari total ekspor nasional. Angka ini tumbuh 5,11% dari tahun sebelumnya,” ujar Agus dalam pernyataan resmi sebagaimana diterima pada Minggu (20/7/2025).

Ia menambahkan, pada triwulan I 2025, sektor manufaktur kembali mencatatkan kinerja positif dengan nilai ekspor USD52,9 miliar dan surplus perdagangan sebesar USD10,4 miliar.

“Ini bukan angka biasa. Ini bukti nyata bahwa struktur industri kita, dari hulu ke hilir, makin kuat dan solid. Tidak ada yang namanya deindustrialisasi di Indonesia,” tegasnya.

Surplus Perdagangan Indonesia Naik, Kalahkan Rusia dan Malaysia

Mengutip data Trading Economics dan laporan resmi Menteri Keuangan yang dirilis Reuters, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar USD4,9 miliar pada Mei 2025. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan surplus perdagangan terbesar ketiga di dunia, setelah Tiongkok (USD103,22 miliar) dan Jerman (USD17,8 miliar). Indonesia unggul dari Rusia (USD4,5 miliar) dan Malaysia (USD3,5 miliar).

Agus menyebut, subsektor industri logam dasar -- termasuk baja- - menjadi tulang punggung pertumbuhan sektor manufaktur.

“Subsektor logam dasar tumbuh paling tinggi, yakni 14,47% secara tahunan (year-on-year) pada kuartal I 2025, dan menyumbang 1,10% terhadap PDB nasional,” jelasnya.

Kinerja ini, menurutnya, tidak lepas dari keberhasilan program hilirisasi dan peningkatan permintaan global, khususnya pada sektor besi dan baja.

Produksi Baja Naik Hampir 100% dalam 5 Tahun

Berdasarkan data World Steel Association, produksi baja mentah (crude steel) Indonesia pada 2024 mencapai 17 juta ton, naik 98,5% dari tahun 2019 yang hanya 8,5 juta ton.

“Target kami, dalam tiga sampai empat tahun ke depan, Indonesia bisa menempati peringkat ke-10 atau 11 dunia dalam produksi baja,” ungkapnya.

Saat ini, kapasitas terpasang produksi baja nasional mencapai 21 juta ton dan ditargetkan meningkat menjadi 27 juta ton pada 2029.

“Tujuan kami jelas, agar kapasitas dan utilisasi produksi baja nasional terus meningkat dan mampu bersaing, baik di pasar domestik maupun ekspor,” tandas Agus. [in]

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI