DIALEKSIS.COM | Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia pada April 2025 kembali mencatat surplus, meski tipis. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus sebesar US$ 0,16 miliar, jauh lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 4,33 miliar.
Bank Indonesia (BI) menyambut positif capaian ini. "Surplus neraca perdagangan tetap memberikan dukungan terhadap ketahanan eksternal perekonomian Indonesia," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan tertulis yang diterima pada Kamis (5/6/2025).
Menurut BI, kinerja perdagangan yang tetap surplus ini menjadi modal penting untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional di tengah tekanan global.
"Ke depan, Bank Indonesia terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas lain guna meningkatkan ketahanan eksternal dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan," tegas Ramdan.
Surplus perdagangan April ini terutama disumbang oleh neraca perdagangan nonmigas yang masih kuat. BPS mencatat neraca nonmigas menyumbang surplus sebesar US$ 1,51 miliar, ditopang oleh ekspor nonmigas senilai US$ 19,57 miliar.
Adapun komoditas utama penopang ekspor nonmigas berasal dari sektor berbasis sumber daya alam, seperti logam mulia dan perhiasan/permata, serta produk manufaktur, terutama mesin dan perlengkapan elektrik.
Dari sisi negara tujuan, Tiongkok, Amerika Serikat, dan India masih menjadi kontributor utama terhadap ekspor nonmigas Indonesia.
Sementara itu, defisit neraca migas tercatat menurun menjadi US$ 1,35 miliar. Penurunan ini terjadi karena impor migas turun lebih dalam dibandingkan dengan ekspor migas.
Kinerja neraca dagang yang tetap positif ini dinilai menjadi bantalan penting dalam menjaga stabilitas ekonomi, terutama menghadapi ketidakpastian global yang masih berlangsung. [in]